Mohon tunggu...
Kelinci Madu
Kelinci Madu Mohon Tunggu... Wiraswasta -

ungkapkan dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berpacu dengan Kerasnya Wanita Maluku

23 Juli 2015   15:13 Diperbarui: 23 Juli 2015   15:19 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maluku..

Daerah kelahiran Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura, banyak yang telah mengenal sosok ksatria dengan perjuangan kerasnya dalam mengusir penjajah dari bumi seribu pulau, bersenjatakan parang dan salawaku Kapitan Pattimura berjuang menumpas kolonialisme. Keperkasaan Kapitan Patiimura tidak hanya berlaku untuk kaum adam saja namun ditularkan pula kepada kaum hawa, dengan balutan keanggunan, bersenjatakan tombak keteguhan serta kebulatan tekad dikepalanya dia menunjukan arti sebuah pengorbanan sejati kepada ibu pertiwi. Yah Dialah Martha Christina Tiahahu pahlawan wanita yang berani berkorban nyawa untuk melawan penjajah

Pahlwan anggun itu telah gugur ratusan tahun silam dan semangat juangnya tetap berkobar dan menebar harum keseluruh pelosok negeri, terlepas dari keanggunannya Martha Christina Tiahahu mewakili watak keras yang dimiliki kebanyakan orang Maluku dan watak keras inilah yang digunakan dalam menolak ekstrimisme dan segala bentuk kekejaman penjajahan kolonialisme.

Kini, watak keras ini diturunkan dari generasi ke generasi hingga menyebabkan kelompok masyarakat ini mudah dan cepat dikenali selain dari ciri fisik yang dimiliki. Belasan tahun silam maluku dihatam konflik sosial berkepanjangan, konflik bernuansa sara yang menghancurkan segala ikatan persaudaraan yang dibangun dan dibina sejak ribuan tahun lalu, konflik ini meluluhlantahkan harapan dan merobohkan semangat pembangunan, kerasnya pertikaian yang terjadi menyebabkan daerah ini sempat diberlakukan darurat sipil dan tentunya melumpuhkan semua aktitas masyarakatya. Luka yang ditimbulkan karna konflik ini terlalu mendalam hingga upaya perdamaian yang digencarkan berbagai kalangan tidak secara instan bisa dterima butuh proses panjangan dan bertahap dalam mengencangkan lagi ikatan persaudaraan yang telah longgar.

Luka dalam ini masih berbekas dalam benak segelitir orang yang masih saja berpegang teguh pada faham fanatisme dan mengacuhkan program-progam rekonsiliasi pasca konflik, saat ini perang antar keyakinan itu telah memudar akan tetapi timbul lagi konflik-konflik baru bernafaskan suku dan golongan tertentu hal ini tentu saja semakin menguatan asumsi publik bahwa orang Maluku memang berwatak keras dan selalu identik dengan kekerasan. Jika ditelusuri lebih jauh maka akan didapatkan fakta bahwa persaudaraan di tanah raja-raja ini memang sangat kuat sehingga masalah yang ditimbulkan oleh personal tertentu dapat merembet dan meluas menjadi masalah suku tertentu. Pertikaian yang terjadi antar kelompok tertentu seolah menjadi laporan tahunan kepolisian, dan masih saja sering terjadi meski pemerintah setempat telah dilakukan berbagai sosialiasi tentang dampak negatif pertikaian.

Upaya perdamaian dan kampanye anti kekerasan mulai bertebar luas, tidak ketinggalan ditebar pula oleh sosok Martha Christina Tiahahu muda yang kian terlahir semangatnya dari jaman ke jaman. Dialah Yusnita Tiakoly, seorang ibu dua anak yang menebar harum semangat anti kekerasan melalui media-media publik, ibu cekatan ini mendirikan komunitas Ayo Stop Kekerasan dalam upaya meredam berbagai bentu tindak kekerasan yang terjadi di bumi siwalima.

Kampanye Ayo Stop Kekerasan ini telah digencarkan sejak 4 tahun silam dan mendapat dukungan ribuan masyarakat Maluku yang cinta akan perdamaian, komunitas ini tidak sekedar memberikan postingan biasa di sosial media namun lebih daripada itu komunitas ini secara langsung menolak segala bentuk kekerasan baik individual maupun kelompok dan pengikut Ayo Stop Kekerasan semakin bertembah dari hari ke hari.

Wanita yang akrab disapa Nita ini membentuk dan mengembangkan komunitas Ayo Stop Kekerasan dan tidak ada habis-habisnya terus melakukan sosialisasi anti kekerasan, tidak tangung-tanggung dalam melaksanakan kegiatannya Nita melibatkan semua unsur baik dari lapisan masyarakat bawah hingga tokoh masyarakat alhasil perjuangan “Chistina Muda” ini membuahkan hasil yang cukup memuaskan.

Melalui forum-forum diskusi dan sosial media Nita tiada habisnya mengobarkan bendera anti kekerasan, langkah sederhana ini kemudian menjadi awal manis dari kisah baru pasca konfilik berkepanjangan, sosialisasi media ini mampu membuka mata dan alam berpikir masyarakat tentang konsekuensi sebuah pertikaian. Perjuangan dalam mengkampanyekan ayo stop kekerasan bukan perkara mudah mengingat kerasnya pendirian masyarakat dalam memegang teguh budaya solidaritas dalam kelompok masing-masing, butuh berbagai proses dan contoh-contoh efek mines yang ditimbulkan akibat keributan antar kelompok. Masyarakat Maluku kini sebagian besar telah memahami pentingnya kedamaian dan ketenangan dalam menjalankan roda kehidupan, pengalaman pahit pertikaian serta kampanye-kampanye anti kekerasan telah memberikan pelajaran berharga.

Dengan senyum lembutnya Nita berusaha membuktikan bahwa Martha Chirstina Tiahahu masih “hidup” ditengah kerasnya perkembangan jaman, dengan bercirikan watak keras maluku ibu 35 tahun ini berjuang keras dengan tekad yang kuat untuk mengobarkan lagi bendera anti kekerasan. Bersenjatakan pena dan suara Nita terus menerus mengajak masyarakat untuk terus menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif hingga dengan sendiri tercipta dengan luasnya komunitas anti kekerasan dan semakin mewujudnyatakan “Katong Samua Basudara” (kita semua bersaudara).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun