"Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (Q.S. Al Ahzab: 21)
    Suatu saat saya menerima studi banding pengelola sekolah Islam Terpadu dari luar Jawa. Seperti biasanya, kami menerima rombongan studi banding di aula lantai 2 Masjid, Kompleks 1 Ibnu Abbas. Setelah saya menyampaikan materi yang ingin dipelajari rombongan tamu, sesi tanya jawab pun berlangsung. Salah satu ustadzah menyampaikan pertanyaan yang menarik tentang bagaimana peran kepemimpinan sekolah dalam merencanakan dan mengawal program sekolah.
    Saya menyampaikan prinsip kepemimpinan yang diintrodusir oleh ustadz Ali Hufron, Ketua Bidang Penjaminan Mutu Ibnu Abbas yaitu "Hadir Memimpin dari Depan". Seorang pemimpin dituntut untuk hadir dan terlibat dalam aktifitas keorganisasian bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Tanpa keterlibatan, tidak akan pernah ada keterikatan, dan kunci awal dari keterlibatan adalah kehadiran. Sementara frase kata "dari depan" menunjukkan peran kepemimpinannya adalah sesuatu yang dinamis, bukan statis. Seorang pemimpin dituntut untuk memahami dinamika keorganisasian dan dalam situasi tertentu ia bisa mendinamisasikan organisasi. Poin kuncinya adalah keteladanan.
    Frances Hesselbein  dalam A Leader to Leader Guide on Creativity, Innovation and Renewal menyatakan bahwa memimpin dari depan, dengan pemimpin sebagai bentuk nyata dari misi dan nilai dalam pemikiran, aksi dan komunikasi merupakan salah satu kunci keberhasilan organisasi. Erry Riyana Hardjapamekas dalam Renungan untuk Manajer menyatakan bahwa pemimpin yang baik memahami bahwa teladan adalah sebuah alat yang ampuh dan efektif, mereka menyadari bahwa keteladanan yang diberikannya berdaya pengaruh jauh lebih hebat dibandingkan bila ia hanya mengkhotbahkannya.
    Adalah sebuah kesalahan jika ada seorang pemimpin yang berpikir bahwa tolok ukur yang berlaku  bagi tingkat di bawahnya tidak berlaku baginya yang menduduki jabatan pimpinan, sementara ia hanya bertugas untuk menyuruh timnya melakukan sesuatu tanpa ia sendiri perlu melakukannya.
    Pemimpin perlu melakukan introspeksi diri apakah ia memenuhi target dan sasaran yang ditetapkan? Apakah ia melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati atau hanya menyuruh timnya untuk bekerja keras? Jika ia suka bersantai dan tidak mengerjakan tugas dengan baik ketika atasannya tidak di tempat, maka jangan berharap timnya menghargai dan melaksanakan perintahnya ketika ia tidak di tempat. Jika anggota timnya sering terlambat, mengapa ia harus marah jika dalam kesehariannya ia juga sering datang ke kantor tidak tepat waktu?Â
Alternatif Poin Tindakan: Jangan meremehkan pentingnya keteladanan. Jangan pula membuat standar ganda apa yang boleh bagi pimpinan namun tidak boleh bagi tim. Demikian pula sebaliknya apa yang tidak boleh bagi pemimpin namun boleh bagi tim dapalagi hal-hal itu bergantung pada situasi dan output yang "menguntungkan pemimpin", Kekuatan dan kelemahan seorang pemimpin kadang berbanding lurus dengan kekuatan dan kekuatan suatu lembaga atau organisasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI