Mohon tunggu...
Kelik Wardiyono
Kelik Wardiyono Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMAIT Ibnu Abbas Klaten

Seorang yang menyukai bersepeda, membaca buku dan travelling untuk menambah wawasan dan kearifan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berpikir untuk Perubahan

2 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 2 Mei 2024   11:10 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Only two percent of the people think; three percent of the people think they think; and ninety five percent of the people would rather die than think."(George Bernard Shaw)

       Pagi hari ini, keran air di rumah mengeluarkan air yang lebih keruh dari biasanya, bahkan warnaair ya ng keluar dari keran berubah menghitam. Saya langsung teringat salah satu ungkapan dari buku yang pernah saya baca; “Mata air yang keruh tidak akan mengalirkan air yang jernih”. Sekitar satu jam kemudian, saya membersihkan tandon air kapasitas 500 liter yang terletak di ketinggian hampir 3 meter. Air yang mengalir pun berubah, diiringi eforiasuka cita dan keriang-gembiraan anak-anak saya yang mandi dari air pipa pembuangan yang airnya sudah jernih kembali.

       Guru adalah  “mata air keilmuan” yang tidak pernah tergantikan oleh apapun. Kita berkaca pada sejarah, bagaimana tokoh-tokoh hebat merupakan hasil dari pendidikan guru yang hebat. Lihatlah Sholahuddin al Ayyubi sang pembebas al Quds yang berguru  kepada ibnu Asakir, yang sanad keilmuannya sampai kepada Imam Al Ghazali. Sultan Muhammad al Fatih sang penakluk konstantinopel juga berguru kepada guru yang hebat, Syaikh Ahmad al Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin. Sejenak kita mengingat Imam Syafi’i, ketika ia mengadukan kesulitan dan keburukan hafalannya, maka Imam Waki’ memberikan saran agar ia meninggalkan maksiat. Dari kisah-kisah itu, kita bisa mengambil hikmah bahwa mendidik lebih penting daripada sekedar mengajar.

       Pernyataan  hanya 2 persen di antara eksekutif kita yang berfikir di atas, menurut Rhenald Kasali dalam bukunya berjudul Myelin,  mungkin ada benarnya. Ia menyatakan hanya 2% dari seluruh orang yang berprofesi sebagai pengajar di perguruan tinggi adalah pendidik. Mereka bukan sekedar orang yang berperan untuk memindahkan isi buku ke kepala mahasiswa, melainkan memperbaiki cara berpikir mahasiswa. Hal serupa terjadi di dunia pendidikan dasar dan menengah. Hanya 2% dari seluruh guru yang benar-benar menjadi pendidik, yaitu guru kreatif yang membentuk manusia, sekitar 3% diantaranya sibuk menjadi administrator, dan sisanya adalah “guru kurikulum” yang hanya menjalankan perintah dengan menyelesaikan kurikulum yang diwajibkan. Apa isi dari kurikulum atau buku itu, itulah yang diberikan. Kesimpulannya, dari sejumlah orang yang menekuni profesi guru, hanya sekitar   2 % yang benar-benar serius dan mengembangkan dirinya, selebihnya adalah orang yang terperangkap dalam “mentalitas penumpang” yang memilih menunggu.

Selamat Hari Pendidikan!

       Alternatif Poin Tindakan: Guru yang baik adalah guru yang berperan sebagai pendidik, tetapi guru yang istimewa adalah sosok inspiratif bagi anak didik. Sementara keteladanan dalam aplikasi nilai-nilai pendidikan adalah koin mata uang yang berlaku universal dan tak lekang oleh zaman walaupun kemajuan teknologi informasi dan Artificial Intelligent  mengubah dunia secara signifikan. Mentalitas berpikir untuk perubahan adalah keniscayaan demi pencapaian tujuan. Adaptasi dan penyesuaian kompetensi merupakan satu tuntutan, namun keteladanan guru mungkin tetap terpatri dalam benak sanubari siswa yang akan tetap relevan melintas zaman. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun