Harga minyak dunia turun sekitar 30% dalam sebulan terakhir, namun berita tersebut sepertinya sengaja ditutup-tutupi mengingat pemerintahan Jokowi-JK pernah berjanji bahwa pergerakan harga BBM bersubsidi akan bergerak mengikuti harga minyak dunia. Jika pemerintah ingin menepati janjinya tersebut maka seharusnya harga BBM saat ini sudah diturunkan, karena harga minyak dunia saat ini sudah lebih rendah dari harga bulan Januari lalu ketika harga Premium 6.600/liter. Namun kenyataannya sampai bulan Agustus ini belum ada wacana akan diturunkannya harga BBM.
Hal ini cukup memprihatinkan karena saat ini rakyat sudah cukup tertekan karena kenaikan harga bahan pokok yang tidak henti-hentinya, beberapa bahan kebutuhan pokok bahkan harganya lebih mahal dibanding harga pada saat lebaran lalu.
Seperti kita ketahui trend kenaikan harga bahan pokok ini awalnya disebabkan karena kebijakan pemerintah mengurangi subsidi BBM yang dimulai bulan November 2014 lalu. Namun sayangnya meskipun harga minyak dunia sudah turun, dan harga BBM sebenarnya bisa diturunkan pemerintah memutuskan untuk tidak menurunkan harga BBM, hal ini berdampak kepada harga kebutuhan bahan pokok yang terus naik.
EFEK DARI KENAIKAN HARGA BBM
Tak bisa disangkal bahwa sejak naiknya Jokowi, roda perekonomian di Indonesia melambat, harga-harga kebutuhan bahan pokok naik, bisnis lesu, gelombang PHK juga semakin banyak bermunculan. Naiknya harga BBM dipercaya sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan kelesuan Ekonomi negeri ini setahun terakhir.
Jokowi sejak awal menyadari benar bahwa pemotongan subsidi BBM pasti akan berdampak pada ekonomi negeri ini, namun pria asal Solo ini percaya bahwa langkah tersebut adalah harga yang harus dibayar oleh Rakyat Indonesia dalam jangka pendek demi terlaksananya pembangunan infrastuktur yang akan menjadi pilar pertumbuhan ekonomi dalam 10-20 tahun yang akan datang.
Sudah terlalu lama bangsa ini ‘dimanja’ oleh subsidi BBM, uang yang susah payah dikumpulkan melalui pajak, dan mengeruk kekayaan alam negeri ini, selama puluhan tahun dibakar habis oleh subsidi BBM. Itu sebabnya dari sisi infrastuktur Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara yang secara ekonomi sebenarnya tidak sekuat Indonesia. Masih banyak jalan antar propinsi yang rusak, kota-kota yang kekurangan listrik, pelabuhan yang di bawah standart, dan sekolah-sekolah.
Pembangunan infrastuktur selama ini terhambat karena pemerintah tidak punya cukup uang untuk menjalankan project-project tersebut. Jokowi – JK menyadari sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk menjalankan project-project tersebut jika saja uang yang selama ini didapatkan pemerintah tidak habis dibakar oleh subsidi BBM.
Mungkin alasan di atas cukup masuk akal bagi anda, dan anda bisa memaklumi mengapa subsidi BBM dinaikkan, namun pertanyaan selanjutnya adalah mengapa ketika harga minyak bumi sudah turun 30% (beban subsidi BBM turun) tapi harga BBM belum juga turun, seperti dapat kita lihat pada grafik di bawah harga minyak bumi saat ini sudah berada di level terendahnya dalam 5 tahun terakhir, seharusnya harga BBM juga saat ini ada di level terendahnya di masa pemerintahan Jokowi.
Apakah di tengah kesulitan yang dialami masyarakat, dan kelesuan ekonomi saat ini pemerintah malah mencoba memperoleh keuntungan dari penjualan BBM ?
Kami yakin bahwa pemerintah tidak sedang berusaha memperoleh keuntungan memanfaatkan turunnya harga minyak bumi dunia. Alasan belum / tidak diturunkannya harga BBM saat ini karena pemerintah menyadari bahwa penyebab kelesuan ekonomi bukan hanya karena kenaikan BBM tetapi juga karena kurangnya kepastian usaha. Pengusaha dalam negeri tidak terbiasa dengan harga BBM yang fluktuatif sehingga mereka kesulitan menyesuaikan harga jual dengan naik turunnya harga BBM. Itu sebabnya meskipun harga BBM sempat turun di awal tahun ini, harga-harga barang lainnya tidak terlalu terpengaruh oleh turunnya harga BBM, dan roda ekonomi pun tetap berjalan lambat meskipun di awal tahun ini harga Premium sudah turun ke level 6.600 / liter.
Itu sebabnya pemerintah saat ini mencoba kembali menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan sebisa mungkin menjaga stabilitas harga BBM, supaya gairah investasi kembali meningkat, yang akan diikuti dengan terbukanya lapangan kerja dan percepatan ekonomi.
Kebijakan tersebut dapat dilihat ketika selama bulan April – Mei lalu, dimana harga BBM tidak mengalami kenaikan meskipun harga minyak dunia mengalami kenaikan yang signifikan, dalam kondisi ini pemerintah terpaksa menanggung beban subsidi yang lebih besar.