Mohon tunggu...
Mas Riyanto Riadi
Mas Riyanto Riadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar dan terus belajar adalah kunci utama dalam mencapai sebuah kesuksesan hakiki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengarungi Samudera Hidup: Memaknai Bawahan dan Atasan dalam Jalan Sufi

10 Oktober 2023   13:31 Diperbarui: 10 Oktober 2023   13:41 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mas Riyanto Riadi : Atasan Vs Bawahan

Jalan sufi, dengan filsafatnya yang mendalam dan pencarian rohani yang mendalam, sering kali diibaratkan sebagai perjalanan spiritual. Dalam perjalanan ini, banyak konsep dan prinsip yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hubungan antara bawahan dan atasan. Meskipun dalam dunia bisnis atau organisasi, peran bawahan dan atasan sering kali dianggap sebagai hierarki, dalam jalan sufi, hubungan ini bisa menjadi sumber pemahaman dan kedekatan yang lebih dalam.

Bawahan sebagai Cermin

Dalam konteks jalan sufi, bawahan sering kali dianggap sebagai cermin bagi atasan mereka. Ini bukan hanya tentang mengevaluasi kinerja atau ketaatan, tetapi lebih dalam dari itu. Bawahan adalah cermin bagi atasan untuk melihat diri mereka sendiri. Mereka mencerminkan kualitas kepemimpinan atasan, seperti kesabaran, kasih sayang, dan kebijaksanaan.

Seorang guru sufi akan memandang bawahan sebagai pencerminan potensinya sendiri. Mereka mengajarkan bahwa kita harus memperlakukan bawahan dengan penuh hormat, memahami kebutuhan mereka, dan memberikan panduan yang baik. Dalam proses ini, atasan dapat memahami diri mereka sendiri lebih baik, melihat kekurangan dan kelebihan mereka, dan tumbuh sebagai pemimpin yang lebih baik.

Atasan sebagai Pembimbing Rohani

Dalam jalan sufi, atasan atau guru spiritual dianggap sebagai pembimbing rohani. Mereka adalah sumber inspirasi dan pengetahuan yang membantu bawahan dalam perjalanan mereka. Sama seperti seorang guru sufi membimbing muridnya menuju pencerahan, seorang atasan yang bijaksana dan berempati akan membimbing bawahannya untuk tumbuh dan berkembang.

Atasan yang mempraktikkan prinsip-prinsip sufi akan mendorong bawahan mereka untuk mencari makna dalam pekerjaan mereka, mengembangkan kebijaksanaan, dan mencari kedamaian dalam tugas-tugas sehari-hari. Mereka tidak hanya melihat tanggung jawab sebagai kewajiban, tetapi sebagai kesempatan untuk tumbuh secara spiritual.

Keseimbangan dan Kepemimpinan Yang Bijaksana

Dalam jalan sufi, keseimbangan antara bawahan dan atasan sangat penting. Ini menciptakan harmoni dalam hubungan, mirip dengan konsep Yin dan Yang dalam filsafat Tiongkok. Bawahan memberikan atasan kesempatan untuk mengembangkan sifat-sifat seperti sabar dan kasih sayang, sementara atasan memberikan bawahan arahan dan inspirasi.

Kepemimpinan yang bijaksana dalam jalan sufi tidak didasarkan pada kekuasaan atau otoritas, tetapi pada pelayanan dan cinta. Atasan yang memimpin dengan cinta akan mendapatkan dukungan dan loyalitas yang kuat dari bawahannya. Mereka akan menjadi teladan yang diikuti dengan sukarela, bukan karena kewajiban atau ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun