Mohon tunggu...
Kelana Saputra
Kelana Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Fidelis Ad Imperium

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gamelan: Alat Musik dan Seni Sebagai Alat Diplomasi Budaya Indonesia di Kancah Internasional

7 Oktober 2022   18:00 Diperbarui: 7 Oktober 2022   18:13 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sosialisasi dan pengenalan budaya melalui diplomasi dilakukan di banyak negara di dunia, salah satunya Indonesia. Sebagai bangsa yang multikultural, Indonesia memiliki keragaman bahasa, ras, suku, kuliner, agama dan budaya. 

Kesenian tradisional, adat istiadat, dan budaya asli Indonesia yang masih dipertahankan dan dibanggakan oleh bangsa Indonesia, merupakan bagian sejati dari warisan budaya Indonesia. 

Keanekaragaman budaya Indonesia ini menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia internasional untuk melihat Indonesia. Salah satu budaya yang dimiliki Indonesia dan terkenal di dunia internasional adalah Gamelan (Yudoyono, 1984).

Sebagai budaya, gamelan adalah ansambel tradisional yang terutama terdiri dari instrumen perkusi. Alat musik yang paling umum digunakan adalah glockenspiel, yang dimainkan dengan palu, dan drum set, juga disebut drum, yang dimainkan dengan tangan. 

Instrumen lainnya termasuk gambang, seruling bambu, biola, dan penyanyi bernama Sinden. (Sumarsam, 1998) Gamelan ada lebih dari 1000 tahun yang lalu dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. 

Bukti-bukti yang ditemukan pada relief-relief seperti yang ada di Candi Borobudur menunjukkan bahwa saat ini gamelan telah menjadi bagian dari aktivitas masyarakat dan terus eksis di masyarakat (Verner, 2009). Gamelan tidak hanya menyebar secara geografis, tetapi juga telah beradaptasi dengan bentuk, fungsi dan tempat sosial. 

Selama berabad-abad, gamelan telah menyebar ke berbagai pelosok nusantara bahkan hingga ke pelosok dunia, membentuk komunitas gamelan yang beragam di Eropa, Amerika, Australia dan Asia. Keberadaan gamelan sendiri telah diakui oleh berbagai kalangan, dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di negara-negara selain Indonesia.

 Ada lebih dari 100 ansambel gamelan aktif di Amerika Serikat, dan sejak tahun 1893 gamelan diperkenalkan ke Barat di Chicago, di mana Society of Gamelan Friends dibentuk. Banyak sekolah, perguruan tinggi dan institusi di Amerika Serikat memiliki instrumen gamelan sendiri. Gamelan ini biasanya dimainkan oleh kelompok pelajar (Anggraeni, 2004).

Kelompok ansambel gamelan yang dibentuk di Amerika Serikat antara lain Gamelan Nyai Saraswati dari University of North Carolina di Chapel Hill, Gamelan Brat Wangi dan Gamelan Kiyai Dorodasi dari California Institute of the Arts, dan Gamelan Galak Tika dari Massachusetts Institute of Technology, sebuah ansambel gamelan aktif di Amerika Serikat. 

Di Australia, gamelan juga menjadi bagian dari kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler di beberapa universitas dan sekolah. Kota Melbourne sendiri sering memiliki grup gamelan lokal yang menampilkan seni gamelan di ruang publik, yang membuat masyarakat Australia sangat tertarik dengan budaya dan apresiasi gamelan (Anggraeni 2004). Kemudian ada lebih dari 80 kelompok gamelan aktif di Inggris (per 2002), banyak yang berbasis di universitas dan pusat komunitas. 

Gamelan tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga digunakan di Inggris sebagai alat penyembuhan bagi pasien dan narapidana. Kelompok gamelan juga tersebar di berbagai negara seperti Singapura, Meksiko, Argentina, Jepang, Belgia, Republik Ceko, Italia, Irlandia, Prancis, Jerman dan Swiss (Johnson, 2008).

Sebagai negara dengan banyak budaya, Indonesia sering menggunakan diplomasi budaya untuk mempromosikan kepentingan nasionalnya. Media festival adalah salah satu dari sekian banyak media yang bisa digunakan untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. Festival budaya internasional bertujuan untuk menampilkan budaya satu atau lebih negara (Greef, 2017). 

Festival budaya dapat menjadi media populer dan bentuk diplomasi budaya dalam hal ini, karena dapat membangkitkan antusiasme masyarakat lokal dan asing. Dalam artikel ini, penulis fokus pada diplomasi budaya Indonesia terhadap peserta asing dalam Festival Gamelan Internasional Solo 2018.

International Gamelan Festival atau IGF adalah festival internasional di mana musisi dan penggemar gamelan dari seluruh dunia bertemu. IGF diadakan di Inggris untuk pertama kalinya pada tahun 2017. 

Festival ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan tujuan memperkenalkan Gamelan sebagai warisan budaya Indonesia kepada masyarakat global (Kemdikbud, 2017). Keberhasilan International Gamelan Festival 2017 di Inggris, dan lebih khusus lagi di kota London dan Glasgow, menyebabkan keberlangsungan International Gamelan Festival 2018.

Menurut data penelitian, Festival Gamelan Internasional 2018 merupakan wahana diplomasi budaya Indonesia untuk mewujudkan kepentingan Indonesia dan meningkatkan citra positifnya di mata dunia internasional, terutama untuk ajang IGF 2018. 

Peserta asing yang berpartisipasi diperbolehkan menggunakan gamelan, seni, berbagai peninggalan budaya Indonesia, dan potensi budaya Indonesia dalam rangkaian acara ini yang digunakan untuk meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia. Ini merupakan cara pemerintah untuk memaksimalkan dampak festival ini terhadap kepentingan nasional.

Salah satu tujuan Festival Gamelan Internasional 2018 adalah penerimaan masyarakat internasional dan reaksi media lokal dan internasional. Banyaknya reaksi positif terhadap festival gamelan ini menunjukkan bahwa misi diplomasi budaya Indonesia perlu ditingkatkan di Indonesia. Memahami, menginformasikan dan mempengaruhi pengunjung asing ke festival menciptakan citra positif. Reaksi positif masyarakat tentunya akan membantu pemerintah Indonesia untuk memperbaiki citra buruk Indonesia di mata asing.

Festival Gamelan Internasional 2018 menarik banyak peserta dari luar negeri yang datang ke Indonesia secara sukarela hanya karena minat dan harapan, prinsip simbiosis, bagaimana menciptakan citra positif dan menyebarkan pesan perdamaian tanpa paksaan. 

Apalagi tujuan festival itu sendiri adalah untuk memenuhi misi perdamaian, menjelaskan keragaman melalui hasil rasa yang didengar, disaksikan dan dinikmati, serta memunculkan semangat persatuan untuk tujuan yang sama. 

Semoga IGF 2018 menyampaikan pesan-pesan kerukunan, saling menghormati, toleransi, dinamisme dan perdamaian dalam keragaman budaya. Menjadi tuan rumah Festival Gamelan Internasional 2018, yang berdampak positif bagi citra Indonesia, merupakan bukti keberhasilan diplomasi dalam menggunakan budaya sebagai wahana untuk menegaskan kepentingan bangsa. Hal ini membuktikan bahwa budaya tidak boleh dianggap enteng, karena keberadaannya dapat bermanfaat bagi negara jika dikelola dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun