Menceritakan seorang perempuan unik bernama Keiko Furukara yang menghabiskan seluruh kehidupan dewasa-nya sebagai pekerja paruh waktu di sebuah minimarket. Di saat teman-teman seusianya sudah menimang anak, menikah, hingga bergonta-ganti karir, Keiko masih nyaman melakukan pekerjaannya di sebuah kotak kaca besar bernama minimarket.
Sejak kecil, Keiko seringkali dianggap 'berbeda' oleh orang-orang sekitarnya. Ketika teman-temannya merasa kasihan dengan seekor burung yang mati, Keiko malah dengan riang gembira mengajak ibunya untuk memasak burung tesebut. Kedua orang tua-nya ketakutan, takut anak mereka akan dikucilkan oleh orang-orang sekitarnya karena pemikiran anehnya. Akhirnya, Keiko menjadi anak yang sangat pendiam. Dia khawatir kalau dia melakukan atau mengatakan sesuatu mengikuti kata hatinya, orang tua-nya akan kecewa. Entah kecewa karena apa, Keiko tidak mengerti.
Keiko baru menemukan 'dunia'-nya ketika diterima sebagai pekerja paruh waktu di 'Smile Mart' ketika berumur 18 tahun. Bekerja di minimarket berarti bekerja sesuai panduan. Bagaimana menyapa pelanggan, mengatur barang-barang di rak-rak susun, mempromosikan item-item terbaru. Semuanya ada dalam buku panduan yang diberikan manajer minimarket. Keiko, yang tidak pernah tahu bagaimana seharusnya manusia bersikap, seperti diberikan cheatsheet berperilaku normal layaknya yang lain.
Selama 18 tahun, kehidupan Keiko hanya berputar di sekitar minimarket. Dan dia merasa sangat puas. Asalkan orang tuanya tidak kecewa, asalkan dia tidak ditatap aneh oleh orang-orang di sekitarnya, itu sudah cukup. Ketenangan dunianya terusik ketika seorang pekerja laki-laki baru bernama Shiraha menjadi rekannya. Laki-laki yang beranggapan bahwa wanita adalah sampah dan manusia tidak lain hanyalah binatang.
Ketidaksempurnaan kadang kali menyebabkan seseorang mendapatkan perlakuan tak adil.
Buku ini seperti mebolak-balikkan pandangan pembaca akan bagaimana seharusnya seorang manusia menjalani kehidupan. Perspektif-perspektif unik yang segar dan baru seperti disuntikkan ke dalam setiap lembar Gadis Minimarket. Membaca buku ini, kita seperti dipaksa untuk berpikir seperti Keiko, berpikir secara berbeda.
Sayaka Murata berhasil mengaduk-aduk perasaan pembaca lewat mahakarya ini. Sebagai salah satu buku yang paling banyak dibicarakan, Gadis Minimarket membuktikan posisinya sebagai buku yang mind-blowing dan 'mencerahkan'.
Gadis Minimarket sangat cocok bagi para penikmat buku aneh dan nyentrik, dengan plot yang ringan namun tidak mudah ditebak. Dengan jumlah halaman kurang dari 200 halaman, buku ini cocok untuk dibaca di sela-sela jadwal yang padat, dengan harapan untuk mendapat pemikiran-pemikiran baru mengenai kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H