Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasih Itu Perasaan Bukan Logika : #SosialKita12

15 Februari 2016   08:44 Diperbarui: 18 Juli 2016   10:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kasih Harusnya Menjadi Awal Dari Semua Aktivitas

Ada terima ada kasih
Hubungan baik saling menguntungkan
Lupakan masa lalu dan semua selisih
Perbaiki relasi yang acak-acakan

Halo Mas Bro dan Mbak Bro.

Udah ngapain aja di Hari Valentine ini?

Menurut Kamus Besar Bahasa Infonesia (KBBI), kasih adalah perasaan sayang, cinta, atau suka kepada sesuatu atau seseorang. Kasih berasal dari hati. Orang yang sedang merasa senang maka perasaan hatinya akan damai. Sedangkan kalau sedang ada masalah maka hatinya gundah. Gegana, gelisah galau merana.

Hati itu seperti spons, menyerap setiap cairan apa aja yang bersentuhan dengannya. Hati menyerap setiap perbuatan baik dan buruk yang dilakukan terhadap diri sendiri, orangtua, saudara, atau pun teman. Hati menyerap setiap inti negatif dan positif yang ada disekitar seorang pribadi. Hebatnya manusia, hatinya adalah spons yang hidup. Ada pribadi yang menentukan apakah menyerap atau tidak. Ada hati yang menentukan apakah hidup dengan kasih atau ga. Ngomongin soal kasih, berdasarkan level kasih yang dalam dihati setiap orang secara keseluruhan akan terbentuk empat klasifikasi pribadi, yaitu :

  1. Pribadi Positif
    Banyak orang “beruntung” yang akhirnya secara sadar berkuasa atas hati dan pikirannya. Pribadi yang bisa mengatur emosinya untuk selalu bersikap positif meskipun berada dilingkungan negatif. Meskipun menerima respon negatif dari orang lain.
    -----
    Ada seorang temen yang ga perlu disebutkan namanya. Suka membantu orang lain termasuk dalam hal pinjam meminjam uang. Karena dikenal baik bukan satu dua orang yang suka minjam uang sama Dia. Meskipun ada beberapa yang ga kunjung balikin uangnya. Dia tetap aja melakukan hal baik yang biasa dilakukan. Sifatnya menolong orang ga berkurang. Bahkan menolak orang yang belum mengembalikan uangnya aja Dia ga. Dia tetep mau bantu.
    -----
  2. Pribadi Negatif
    Sayangnya selalu hitam kalau ada putih. Ada pribadi yang “mampu” jadi Mr. Atau Miss Negative. Merespon banyak hal dengan negatif. Kata-kata yang sering dipakai adalah “jangan-jangan”, “takutnya ada apa-apa”, dan “gimana kalau?”. Saya menyebutkan tiga kalimat kutuk. Mungkin Mas Bro dan Mbak Bro punya kata-kata sendiri. Inilah pribadi yang banyak dilingkungan kita. Saya bahkan punya keyakinan untuk bilang kalau di Indonesia banyak Mr. dan Miss Negative.
    Mau bukti?
    Silahkan perhatikan pemakaian tiga kalimat kutuk diatas. Siapa aja dikeluarga atau temen yang pernah pakai kalimat itu. Seberapa sering?
    Buktikan sendiri.
  3. Pribadi Positif Negatif
    Banyak orang merasa dan mengklaim dirinya adalah pribadi positif negatif. Bisa menerima hal baik dan menjauhi yang buruk. Ga sepenuhnya salah tapi ga sepenuhnya juga benar. Hal baik harus diterima dan hal buruk harus diperbaiki bukan dihindari. Seberapa lama kita akan mampu menghindar setiap kebiasaan buruk?
    Kebiasaan buruk harus dikalahkan. Ibarat lapar butuh makanan dan oang yang menyediakan makanan. Berawal dari niat dan dibantu motivasi dari orang lain. Sekuat apapun niat dari pribadi pada akhirnya membutuhkan dukungan dari orang lain. Meski pada awalnya setiap tanaman bisa tumbuh tapi membutuhkan dukungan air dan pupuk dari luar supaya tumbuhnya maksimal.
    Kembali ke jalan yang benar, pribadi positif negatif adalah pribadi yang ga sekedar menerima hal baik tapi juga mampu memperbaiki hal yang buruk. Hal mulia memang gampang diucapkan apalagi cuma diketik dalam lembaran blog seperti ini. Melakukannya butuh usaha keras dan doa.
  4. Pribadi Batu
    Selanjutnya meskipun zaman batu sudah lewat. Zaman teknologi digital sudah menjajah banyak orang. Masih aja ada pribadi batu yang “hidup”. Pribadi yang berhati batu. Ga bisa menyerap buruk bahkan baik. Pribadi seperti inilah yang akhirnya melanggar peraturan dan menjadi pelaku kejahatan. Tapi salah kalau memandang mereka sebagai pesakitan.

    "Sebenarnya mereka bukan penjahat cuma tersesat aja."

    Seperti anak yang ga mendapatkan perhatian dikeluarganya. Banyak akhirnya memilih jalan “jahat” untuk mendapatkan pengakuan. Melakukan asusila, pelanggaran peraturan, dan melanggar hukum. Berawal dari berani melakukan kesalahan keras teri sampai akhirnya terdorong melakukan kejahatan kelas paus. Dia yang awalnya masih bisa menerima nasehat untuk berubah sampai akhirnya kebal.
    Karena dilingkungan “masyarakat yang dianggap normal” mereka udah ga diakui. Pribadi batu akhirnya membentuk komunitas sendiri dan menjadi kelompok yang ditakuti. Omongan kotor, cara-cara kasar, dan perbauatan tipu-menipu jadi lumrah buat mereka. Pikiran, perkataan, dan perbuatan yang sudah meleset menjadi senjatanya. Mereka menebar rasa takut terhadap orang lain. Katanya, kalau satu orang baik bergabung dengan sembilan pencuri. Sekali lagi, katanya, si satu akan ikut sembilan. Tapi seharusnya kita punya pendapat lain. Selalu ada kemungkinan kecil sembilan akan ikut satu. Contoh nyata aja, kalau orang sudah melihat banyak kegagalan, putus asa bahkan kematian pasti akan menyerah dan ga mau berjuang. Sudah berapa kali Indonesia dijajah sama negara asing. Banyak orang yang hilang harapan apalagi saat masa penjahan Belanda dan Jepang. Banyak anak yang kehilangan bapaknya, istri kehilangan suaminya tapi buktinya Indonesia tetep aja merdeka. Banyak yang dikorbankan dulu. Kasih terhadap keluarga dan tetangga kalah sama kasih terhadap negara. Sayangnya semua perjuangan itu, sekarang dibalas dengan saling membenci karena isu SARA.

“Untuk perbedaan, memaafkan adalah cara terbaik untuk mengalahkan musuh.”

Memaafkan bisa dilakukan hanya oleh orang yang punya kasih. Hanya orang yang memiliki perasaan sayang, cinta, dan suka kepada negeri ini yang mampu memaafkan orang lain yang “berbeda” dengannya. Tapi apapun perbedaan itu pernah ga kita sadari. Kenapa, bagaimana dan untuk apa kemerdekaan 70 ini bisa terjadi?

Ada tiga hal pokok dari kasih, yaitu :

  1. Ga Egois
    -----
    Kalau ga punya uang Rp. 500,- maka ga akan bisa kasih sedekah ke pengemis. Tapi kalau punya uang Rp. 500.000.000,- kita bisa menyumbang panti asuhan. Kasih juga sama halnya kita ga bisa menuntut orang lain untuk sama dengan agama yang kita anut, suku kita, budaya, bahkan menuntut persamaan warna kulit.
    -----
    Sayang logika sederhana ini belum banyak disadari. Semua orang memang dilahirkan berbeda. Kalau seandainya ada pengumuman sebelumnya, ada nomor antrian, ada promosi lewat iklan untuk pengambilan agama, suku, dan ras. Pasti semua orang akan memilih agama yang paling banyak dianut, suku yang paling sederhana ga banyak ritual adat, dan ras yang paling cakep-cakep.
    Benerkan?
    Sayangnya ga ada kan?
    Jadi untuk apa kita mempermasalahkan hal yang memang ga bisa diganggu gugat lagi?
    Untuk apa?
    Ga sadar kita ada “sutradara” yang mengatur semua hal buruk itu terjadi.

    “Jangan menjadi boneka. Hiduplah bebas sesuai kemauan sendiri dan berbuatlah semaumu untuk kebaikanmu dan orang lain.”

    Dalam bahasa Yunani ada yang namanya Kasih Agape, kasih walaupun. Untuk memiliki pribadi yang ga egois perlu kasih walaupun ini. Meskipun kita pernah disakiti jangan menyakiti balik. Meskipun kita jelek jangan minder. Meskipun mereka cakep kita jangan merasa rendah.

    “God Always Love All of Us”

    Semua indah diciptakanNya. Jangan menyayangi karena ... Sayang karena cantik, suka karena kaya, mengasihi karena miskin. Tapi meskipun ...
  2. Datangnya Dari Hati Bukan Otak
    Manusia satu-satunya makhluk ciptaannya yang memiliki nurani. Hewan hanya punya insting untuk memangsa dan dimangsa. Begitulah hukumnya rantai makanan. Manusia yang justru ga perlu saling memangsa justru terbalik. Besar menginjak kecil, kaya merendahkan miskin, dan mayoritas mengesampingkan minoritas. Itu semua karena pergaulannya memakai logika.

    “Kasih itu perasaan bukan logika. Kasih itu total bukan suam-suam.”

    Seringkali karena sibuk kita jadi lupa untuk menjalin hubungan keatas. Kewajiban keatas aja lupa apalagi hubungan kesamping. Fokus untuk mengumpulkan harta dan tahta membuat kita buta. Padahal kalau dilakukan dengan kasih setiap kesibukan akan menjadi berkat ga hanya buat kita dan keluarga sendiri tapi juga buat orang lain.
    Banyak yang berpikir kalau peduli sama diri sendiri, keluarga, dan komunitas sendiri itu sudah cukup. Selama ga merugikan orang lain. Salah besar. Semua orang bisa begitu. Kalau semua orang cuma memikirkan dirinya, keluarganya, dan komunitasnya. Trus siapa yang akan memikirkan tetangga, kampung halaman, kota kelahiran, bahkan negara ini?
    Jangan cuma menuntut.
    Hati itu peduli. Peduli itu kasih. Manusia butuh kasih.
  3. Untuk Semua
    Kasih itu harus jadi awal dari semua aktivitas. Kasih itu ga kuatir. Kasih itu untuk semua. Mengawali segala sesuatu dengan perasaan hasilnya akan baik. Hal yang baik akan berbalas yang baik. Kebaikan itu untuk semua orang. Tanpa peduli apa agama, suku, dan rasnya.
    Kasih ga menuntut kesempurnaan. Harapan atas kesempurnaan akan berubah jadi tuntutan. Menuntut itu memaksa. Kasih ga bisa memaksakan kesempurnaan. Kasih itu saling mengerti.
    Semua orang pasti pernah salah. Kasih memberikan pengertian atas kekurangan masing-masing. Orang salah ga perlu disalahkan. Orang salah jangan dibenarkan tapi diperbaiki. Kasih ga menyalahkan. Kasih itu membangun dengan saling mengerti dan saling mengasihi. Itu awalnya dari semua. Saling.
    Saling mengasihi yang membentuk adanya persatuan. Sampai akhirnya persatuan akan perlahan menunjukkan indahnya saling mengasihi.
    Pasti pernah dong temenmu melakukan salah tapi tetap dimaafkan?
    Pasti pernah dong dimarahin sama orangtua karena salah tapi tetap diakui anak kan?
    Kalau pernah salah pasti pengen dimaafkan kan?

Kasih ga bisa diukur dengan materi atau kenyaman atas materi. Uang, mobil, rumah, emas, jabatan, apapun itu ga sebanding dengan kasih. Banyak orang kaya ga bahagia dengan fasilitas mewah tapi ada keluarga kecil yang bahagia cuma dengan makan malam sederhana.

Pada akhirnya perlu di bold. Kasih ga seperti pakaian yang bisa copot kapan saja. Mau ke sekolah pakai seragam. Mau ke pesta pakai gaun. Orang yang pakai pakian compang camping dijauhi. Orang yang pakaiannya mahal dilayani dengan baik. Kasih bukan seperti itu. Kasih ga membeda-bedakan. Kasih harus dikenakan terus.

“Bhinneka Tunggal Ika ga bisa berjalan tanpa kasih.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun