Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wortel Ga Baik Buat Mata : #CerpeKita1 - Eps 2

1 Maret 2016   21:22 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:45 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih sekitar 200 meter dari kantor. Mereka bertiga kaget melihat sudah ada 1 mobil polisi di depan kantor. Banyak kiluan yang bergantian mengambil gambar didepan kantor. Satpam melarang mereka semua untuk masuk.

“Pak ...”, sapa satpam sambil membuka ruang untuk mereka bertiga masuk kantor.

Belum masuk kantor tiba-tiba ada polisi yang melarang mereka masuk.

“Ga boleh Pak”, responnya singkat dan tegas.

“Saya supervisor disini Pak”, wajah Naway berubah seram.

“Ga pa-pa Pak”, sambung Anam sambil pegang lengan polisi itu. Muka Anam keliatan syok. Mereka semakin bingung apa yang sudah terjadi.

“Rega mana?”, tanya Sinam sama Anam. Dia ga menjawab, cuma melirik ke polisi tadi. Ada polisi yang mau naik lift. Mereka bertiga memaksa ikut naik. Mereka bertiga melompat masuk kedalam lift yang akan tertutup dan meninggalkan Anam dengan mata berkaca-kaca. Sambil pintu lift tertutup mereka bertiga bisa melihat Anam yang masih tegang sambil memegang matanya.

Pintu lift lantai 7 terbuka, mereka melangkah keluar lift, dan mereka bertiga melihat ada 1 polisi yang sedang menutup sesuatu disamping wortel yang berserakan. Mereka ga melihat dengan jelas. Tapi mereka bisa melihat sepasang kaki yang ga tertutupi oleh lembaran koran. Tulisan kompas tepat menutupi wajahnya. Pelan-pelan koran itu berubah merah. Mereka cuma diam karena polisi ga bolehin buat mendekat.

Tiba-tiba ada polisi baru datang. Sepertinya Dia Komandan dengan pangkat tertinggi diruangan itu. “Bawa mereka keluar”, perintahnya pelan. Ada polisi yang menggiring paksa mereka bertiga ke arah lift. Meski mereka memaksa untuk tetap melihat, salah satu polisi mendorong mereka sampai masuk lift. Tombol satu ditekan sama polisi itu dan lift tertutup.

Sabeb dan Sinam kelihatan panik. Tapi Naway ternyata ga kehabisan akal. Tombol 5 ditekannya. Sabeb dan Sinam memandang ke arah Sinam. Mereka bingung apa yang mau dilakukan sama Naway. Pintu lift lantai 5 terbuka Naway langsung keluar. Mereka berdua yang masih bingung langsung ngikut.

Pintu ruang keamanan diketuk dan terbuka. “Pak ...”, sapa seorang satpam. Sabeb dan Sinam senyum kerah Naway. Sedangkan Naway yang tadi tenang tiba-tiba asik dengan kamera pengawas. Sabeb mengarahkan jempolnya ke arah Naway yang semakin fokus sama CCTV. Sedangkan Sinam senyum-senyum sendiri memperhatikan Naway.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun