[caption caption="Hidup Harus Seimbang"]Pandangan yang Salah untuk LGBT Indonesia
Lemah hati merusak akal
Galau kerjaannya setiap hati
Bebal orangnya cikal bakal
Tengil melawan seperti bola kasti
Halo Mas Bro dan Mbak Bro.
Kenapa kita sulit menerima perbedaan?
Menulis bukanlah pekerjaan untuk mengikuti tren. Tapi perkerjaan jujur yang menuntut kita untuk berteriak lewat urian kata diatas kertas. LGBT sedang menjadi bahasan yang tren di Indonesia. Pembahasan LGBT di ILK tadi malam di TV Satu membuat “anak hukum” seisi rumah berteriak. Mulai dari topik yang memang sensitif. Kalau agama nilai sensitifitasnya 10 maka LGBT 9,5. Host-nya yang ga netral karena memang ga pernah diakui sama Bagus Netral, Eno Netral, dan Coki Netral. Dan pernyataan common sense yang ga perlu ditayangkan ditipi.
Negara yang tinggal dalam budaya ketimuran ini sangat mudah tersinggung. Jadi hanya akan disebutkan satu kali dengan jelas, singkat, dan padat. [1]”LGBT adalah akronim dari lesbian, gay, biseksual, dan trangender. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.” Mereka adalah temen kita semua. Mereka adalah ciptaan Tuhan yang sama dengan kita. Saya ga pernah meminta dilahirkan di Indonesia tapi saya lahir disini. Kalian ga pernah meminta untuk dilahirkan jadi laki-laki atau perempuan tapi lahir dengan “jatah”nya masing-masing. Begitu juga dengan mereka, temen kita yang dilahirkan “istimewa”. Sayangnya kelebihan mereka itu dianggap tabu. Dianggap penyakit sosial oleh salah satu menteri berlabel “agama”, dipandang hina keluarganya sendiri, dan dicap kutuk oleh banyak orang.
ILK memang sudah pantas disebut sebagai Indonesia Lawak Klub. Orang-orang yang menjadi subjek permasalahan diundang untuk dikomentari oleh orang yang “dianggap” intelek. Awalnya acara ini dimata masyarakat adalah acara mahal dan berkelas. Tempat berkumpulnya pakar untuk membicarakan masalah dan hadirkan solusi. Sayangnya waktu membawanya ke zona degradasi. Ga sadar mungkin dengan lawakan [2]satire ditipi “snart”. ILC diubah menjadi ILK. Nilai negatif bertambah lagi pada ILK-nya TV Satu ini. Pembahasan LGBT tadi malam ga berjalan seimbang. Karena sejak awal host-nya sudah memang berat sebelah. Sampai akhirnya bertambah parah dengan monolog “Ya, kami dari [3]KPAI menyatakan menolak dengan tegas ... bla bla bla”. Cuma sekedar berpidato keren aja. Sudah banyak calon Ketua OSIS diluar sana yang jago ngomong. Kami butuh bukti KPAI oh KPAI. Tunjukkan kami bukti nyata pekerjaan kalian. Baru kami percaya. Kalau cuma komentar ada banyak anak alay yang jago di sosial media.
Baiklah, kembali ke jalan yang benar. Kita lemah, galau, bebal, dan tengil. Lemah mempertahakan pendirian sebagai bangsa yang berbeda, galau karena banyak masalah yang datang, bebal untuk menerima setiap hal yang baru, dan tengil untuk membuka diri dan memberikan solusi atas perubahan yang ada. Ilmu ga bisa semata-mata dibenturkan dengan isu LGBT, begitu juga dengan agama.
“Harus ada kanan supaya kita tau dimana kiri.
Harus ada bawah supaya kita tau dimana atas.
Harus ada salah supaya kita tau apa yang benar”
Ilmu pengetahuan menjelaskan kenapa LGBT bisa terjadi. Ilmu memberikan kita pemikiran untuk sebab, akibat, dan solusinya. Agama merenungkan kenapa LGBT bisa terjadi. Agama memberikan perasaan untuk mengerti sebab, akibat, dan solusinya. Keistimewaan mereka bukanlah penyakit, kehinaan, bahkan kutuk. Tuhan menciptakan semua pada awalnya baik. Tuhan ga menciptakan penyakit, kehinaan, dan kutuk. Penyakit ada karena manusia. Manusia jugalah yang akhirnya belajar menjadi dokter untuk menyembuhkan. Kehinaan diciptakan oleh pikiran, perkataan, dan perbuatan manusia. Manusia jugalah yang menciptakan komunitas untuk menampungnya. Kutuk diucapkan manusia untuk sesama manusia. Manusia yang baikkah yang saling mengutuk? Manusia yang baikkah yang menjauhi sesamanya?