Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berusaha Untuk Membuat Semua Orang Bahagia : #SosialKita8

26 Januari 2016   11:56 Diperbarui: 18 Juli 2016   10:09 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk temen baru kemungkinan ditolak sangat besar. Untuk orang-orang yang sudah temenan lama. Penolakan bisa terjadi kalau terjadi masalah. Kita juga bisa merasa ditolak oleh komunitas sendiri saat Kita memberikan perhatian tapi ga berbalas seperti yang diharapkan. Contoh sederhana yang sering terjadi. Momen ulang tahu temen Kita memberikan ucapan selamat bahkan kado. Sayangnya saat Kita ulang tahun boro-boro kado ucapan selamat aja pada lupa. Setelah lewat 2 hari baru pada sms, “Eh Bro, sorry lupa. Kemarin ulang tahun ya?”. Liat kalimatnya udah lupa dan bukan sebuah ucapan selamat. Hahaha.

Kalau aku, kamu, dia, dan mereka adalah orang yang “BAPER” maka selesailah sudah hubungan pertemenannya. Tapi kalau Kita sadari memang temen-temen Kita memang manusia langka yang kena “sindrom lupa”. Hubungan sohib, Mas Bro dan Mbak Bro akan langgeng. Seiring waktu cobalah cekoki temen-nya untuk lebih perhatian satu sama lain. Positive Thinking aja. Ubah BAPER-nya jadi Bawa PERubahan.

Dalam komunitas yang namanya temen, ada aja yang merasa paling superior. Kalau Si-Superior itu baik maka komunitas Mas Bro dan Mbak Bro akan mengatasi banyak masalah. Komunitas itu akan berarti banget. Si-Superior lama-lama akan kita anggap “pemimpin” komunitas. Sayangnya kalau Si-Superior selalu merasa super maka lebih baik tambahkan “a” untuk Dia.

Kembali ke konteks berusaha untuk membuat semua orang bahagia. Ini sebenarnya “hul yang mastahil”. Contoh sederhana sepakbola. Kalau ada yang kalah harus ada yang menang. Menang bahagia dan kalah tidak bahagia. Sedangkan tokoh agama saja yang “jelas-jelas” berbuat kebaikan untuk banyak orang. Tetap aja ada orang yang tidak suka. Meskipun begitu secara pribadi, kata berusaha untuk membuat orang bahagia harus selalu dijalankan. Asalkan jangan menjadi beban.

Ingin buat orang lain bahagia pastikan terlebih dahulu kalau Kita sudah bahagia. Omong kosong. Kalau Kita ingin buat orang lain bahagia sedangkan Kita belum bahagia. Mau kasih orang lain minum sedangkan kita belum minum. Itu salah. Tapi kasih orang lain minum disaat kita kekurangan air. Itu tidak salah, asalkan kita sudah minum duluan. Konsep ini diterapkan dalam upaya penyelamatan di pesawat terbang. Pemasangan masker dalam kondisi darurat. Orangtua harus memasangkan maskernya terlebih dahulu baru memasang masker anaknya. Kenapa?. Sederhana saja Kita harus aman dulu baru menolong orang lain. Itu bukan egois. Itu jelas, gimana mau nolong orang lain sedangkan diri sendiri ga bisa ditolong. Itu superhero yang belum lolos Mata Pelajaran PPKn.

Semua hal ada resikonya. Termasuk upaya membuat orang lain bahagia. Pastikan Kita bahagia dulu baru membahagiakan orang lain. Maka Kita akan dengan bahagia (baca: tulus) untuk membahagiakan orang lain. Kalau Kita ga bahagia untuk membahagiakan orang lain. Maka bahagia itu sia-sia. Bukan zamannya lagi menjadi pahlawan di siang bolong tanpa sadar kondisi dan tujuannya. Aku perlu bahagia, kamu juga, termasuk dia, dan mereka. Kita semua harus bahagia dengan cara masing-masing. Tapi ingat sebagai “poin penting terakhir”.

”Jangan sampai bahagia Kita membuat orang lain ga bahagia”

Semoga berguna.

Senang bisa berbagi cerita dengan kalian.

Anak kecil bermain didepan rumahnya
Begitulah kebiasaan anak Indonesia
Uang bukanlah segalanya
Untuk membuat Kita bahagia

Banyumanik, Semarang
10:51 WIB 26 Januari 2016
Tulisan Kita

Kalau ada pertanyaan atau hal-hal yang mau didiskusikan silahkan memberikan komentar dibawah.
Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun