Mohon tunggu...
Furqan Al Ghifary
Furqan Al Ghifary Mohon Tunggu... wiraswasta -

Furqan Al Ghifary (_keken_), \r\nBanda Aceh. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Tukang Batu: yang Terkuat di Dunia*

26 Juli 2013   18:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:59 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini berawal dari sebuah desa kecil yang jauh dari kota. Desa ini teduh, indah, dan permai. Biluy, ya..nama desa ini adalah Biluy, sedikit unik dan lucu, dan tak ada seorang pun yang tahu apa arti dari nama desa “Biluy” tersebut.

Konon, pada zaman dahulu kala, zaman di mana para dewa masih bertahta, hiduplah seorang tukang batu yang bernama Imhar. Imhar lahir, besar, dan menghabiskan masa mudanya di desa Biluy ini. Kesehariannya adalah bekerja sebagai tukang batu, memecahkan batu-batu gunung yang besar, hingga menjadi sebesar gempalan tangan, dan kemudian di jual ke tukang-tukang bangunan yang ada di desa tersebut.

Desa Biluy ini memang terkenal dengan desa yang teduh dan permai, tapi tidak dengan para penduduknya, mereka terbiasa hidup dalam kesombongan, dan salah satu korban dari kesombangan mereka adalah si Imhar, si tukang batu yang miskin, para penduduk desa itu selalu mengejek dan mencela pekerjaan si Imhar yang hanya tukang batu miskin.

Imhar, seorang pemuda jujur dan rajin, namun kesabarannya juga memiliki batas, apalagi bila tidak disertai dengan iman. Siang malam si Imhar selalu berdoa kepada sang Dewa agar mau memberikan kepadanya kekuatan dan kelebihan, agar penduduk desa itu tidak berani lagi mengejek dan mentertawakannya.

Alhasil, pada suatu malam, Dewa pun datang menemui si Imhar.

“jadi mau mu apa Imhar?” kata sang Dewa pada suatu malam.

“aku mau menjadi kuat” sahut si Imhar cepat.

“kuat seperti apa maksudmu?”timpal sang Dewa.

“menjadi kuat seperti matahari, aku tak sanggup lagi dengan keadaan yang seperti ini, aku ingin menjadi kuat, agar tak ada lagi orang yang berani menertawakan dan juga mengejek ku” ujar si Imhar dengan penuh semangat.

Sang Dewa pun merasa iba dan kasihan, maka Dewa pun mengabulkan permintaan si Imhar, dalam sekejap berubahlah si Imhar yang tukang batu itu menjadi matahari. Dengan senangnya, si Imhar yang sudah menjadi matahari langsung berkelana berkeliling negeri, dia sinari semua yang dia lewati dengan panas dan terik cahayanya, khusus penduduk desa Biluy, dia buat gerah kepanasan dan si Imhar (matahari) pun tersenyum penuh kemenangan.

Namun, tiba-tiba muncullah awan gelap nan pekat, memayungi bumi, dan menghalangi sinar matahari, dan si Imhar (matahari) pun kecewa berat. Sinarnya yang gahar tak mampu lagi memanasi bumi, terhalang awan gelap pekat yang menggantung berat. Akhirnya dia berkesimpulan, matahari bukanlah yang terkuat, masih ada awan yang lebih kuat dari matahari, awan mendung mampu membendung sinar matahari.

Kemudian, si Imhar kembali memohon kepada sang Dewa, agar mau merubahnya untuk menjadi awan pula, dia yakin awan lah yang terkuat, dia tak ingin lagi menjadi matahari. Dan Dewa pun mengabulkan permintaan si Imhar, dan seketika itu berubahlah si Imhar menjadi awan.

Dengan senang hati si Imhar yang sudah menjadi awan pun terbang melayang, berpendar dan berputar, memayungi semua negeri, hingga semua menjadi gelap. Penduduk desa Biluy pun merasa sesak, tak ada sinar mentari sedikitpun, semua mendung, semua terlihat menjadi murung. Si Imhar bersorak dalam hati, dan bergumam, awanlah yang terkuat.

Namun, tak lama setelah itu, muncullah angin, angin yang bertiup begitu kencang, dan menghantam semua awan mendung yang terlihat, si Imhar (awan) itu pun porak poranda dan terpencar, kocar kacir tak karuan, hingga hilang helai per helai. Si Imhar (awan) takjub dan heran, dia melihat bagaimana kekuatan angin menghancurkannya dalam sekejap. Dia pun mulai berpikir, ternyata angin lah yang paling kuat, tanpa susah payah angin mampu menghapus gelapnya mendung yang di buat awan.

Dia pun memohon kembali tuk yang kesekian kali nya kepada sang Dewa, agar sudi kiranya mau merubah dirinya dari awan menjadi angin, dan Dewa yang masih merasa iba melihat si Imhar tersebut mengabulkan permintaannya, dan kemudian dengan sekejap mata maka berubahlah si Imhar menjadi angin.

Sekali lagi, si Imhar yang sudah berubah menjadi angin memperlihatkan kekuatannya kepada seluruh negeri, semua terbang di sapu Imhar (angin) dengan garang, tak ada yang tak di lewatinya, pepohonan tumbang, sampah berterbangan. Angin si Imhar sangat dahsyat, seperti badai raksasa yang siap menerbangkan apa saja. Desa Biluy pun rata dengan tanah, semua menjadi porak poranda, si Imhar pun ketawa dalam pongah.

Kemudian, tatkala tak ada lagi sesuatu yang tinggi dan menjulang untuk di terjang, angin si Imhar pun terus bergerak ke arah hutan, namun terhalang oleh sebuah gunung, gunung batu yang besar dan tinggi menjulang. Angin si Imhar terhenti, dan terkejut melihat gunung batu yang tak bergeming itu, dan angin si Imhar mundur ke belakang, mengumpulkan semua kekuatannya, lalu maju dengan kencang, dan menerjang gunung batu itu, namun apa yang terjadi, gunung batu itu tak terusik sedikitpun, tak ada tanda-tanda bahwa gunung batu itu terganggu oleh kedatangan angin tersebut. Si Imhar pun sadar, gunung batu itu bukanlah tandingannya, angin sekencang dan sebesar apapun tak akan mampu merobohkan gunung batu tersebut, dan si Imhar yakin, gunung batu lah yang terkuat di dunia ini.

Dan untuk kesekian kalinya ia pun memohon kepada sang Dewa, agar merubahnya untuk menjadi gunung batu.

“sekarang aku yakin, gunung batu lah yang terkuat di dunia ni, aku mohon sang Dewa mau merubahku untuk menjadi gunung batu” pinta si Imhar kepada Dewa.

“tapi ini sudah berulang kali, dan aku tidak bisa lagi memenuhi permintaan mu, Imhar” ujar sang Dewa.

“hamba mohon Dewa, ini permintaan hamba yang terakhir, hamba berjanji tidak ada meminta apapun lagi dari engkau wahai Dewa” rengek si Imhar kepada Dewa.

“apa kamu yakin dengan janji mu itu?” sergah sang Dewa pula.

“hamba yakin se yakin-yakinnya dewa, ini permintaan hamba yang terakhir, mohon Dewa mengabulkan permintaan hamba.” Ujar si Imhar dengan keyakinan yang mantap.

“baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu, tapi ingat..ini merupakan yang terakhir, dan permintaan mu akan abadi, kamu tidak bisa minta berubah lagi, tidak bisa pula menjadi seperti semula, menjadi kembali wujud manusia mu, dan ini sudah keputusanmu” sang Dewa pun berujar dengan tegas.

Akhirnya, berubah lah si Imhar menjadi gunung batu, tinggi kekar dan sangar, dengan pongah dia menatap matahari, yang teriknya tak mampu membuat si Imhar berkeringat, angin badai pun hanya mampu mengelitiknya saja. Hujan juga tak mampu membuatnya kedinginan. Singkat kata, semua cuaca alam tak berpengaruh pada Imhar si gunung batu yang tangguh.

Hingga sampai pada suatu hari, si Imhar (gunung batu) merasa sakit di kakinya, semakin lama rasa sakit itu semakin terasa, berhari-hari dia merasakan sakit itu, dari terbit matahari hingga tenggelamnya matahari, kecuali di malam hari. Semakin hari dia kesakitan tanpa bisa berbuat apa-apa, dia hanya pasrah menerima kesakitan demi kesakitan yang tanpa henti, dia pun menatap ke bawah, mencari sumber dan penyebab sakit di kaki nya tersebut, dan alangkah terkejutnya ia, ketika dia melihat seorang tukang batu, dengan palu dan kampaknya, memukul kakinya sedikit demi sedikit, dia melihat tukang batu tersebut, mengumpulkan pecahan-pecahan batu dari kakinya, dan di bawa pulang untuk di jual, si Imhar pun terdiam. Dia sadar sekarang dia tidak bisa mencegah tukang batu itu, dia tidak bisa berbuat apa-apa, dan dia pasrah, jika suatu hari nanti dia akan habis menjadi pecahan-pecahan kecil.

Imhar pun menangis, dia sadar sekarang siapa yang terkuat, dia sadar kalau tukang batu adalah yang terkuat di dunia, dan dia sadar kalau itu adalah dirinya yang dulu, dia malu pada Dewa, malu pada semua, dia menyesal. Namun sesal kemudian tiadalah berguna, sekarang semuanya sudah terjadi, dan dia berada dalam kondisi yang sekarat, menunggu waktu dimana tubuhnya akan habis menjadi pecahan-pecahan kecil, yang dihancurkan si tukang batu dengan palu dan kampaknya yang kecil.

***

*Modifikasi dari dongeng Nusantara

Pesan moral dari dongeng di atas adalah sebagaimana ungkapan D’MASIV dalam vidio klip nya berikut ini. Let's chekidot...



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun