Mohon tunggu...
Furqan Al Ghifary
Furqan Al Ghifary Mohon Tunggu... wiraswasta -

Furqan Al Ghifary (_keken_), \r\nBanda Aceh. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pendakian Nurani

18 Agustus 2013   09:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:10 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*** berikan kelopak melati-Mu kepadaku kan kuhirup hingga merasuk menembus tulang rusuk mengelus rindu hingga tangkai nya perdu menghalau seluruh risau terpelanting semua malu berkeping-keping hingga rembulan masuk menusuk mata ku kuharap Kau melihat saja setelah Kau buka semua jendela rasa yang ku punya kau biarkan ranum anggur-Mu di lidah yang ku baca sedangkan di dermaga cinta-Mu, hati selalu labuhkan sauh di kedalaman gua-Mu huruf itu ada kala pertama sekarang semua mabuk dalam penggal ayat-ayatnya mereka tak pernah tidur, selalu gelap meski banjir cahaya berjalan tanpa alas, menyapu debu dan kotoran bumi aku hanya melihat semua yang tersebut, yang ku coba usap, berharap kan jadi pijar walau di rahim bumi, hati yang rindu kian terpancar dalam piala cinta, memancar malam-malamku yang penuh nalar berkelana seperti raja yang sedang berburu rusa mengejar, hingga sampai ke gunung yang bertebing yang sumbing dihantam abrasi dan cuaca aku masih berdiri di tanah yang sama menunggu sepiring cinta tersaji dari mu yang maya ku tunggu, tanpa pernah ku lipat semua rasa lalu, ku lihat warna mu menyapa, menuntunku dalam doa, dan mendorong tubuhku hingga rebah aku jatuh telungkup di atas pusara, lalu kau paksa diriku tuk memeluk pusara itu, kau pinta membantu mengusung cinta pada kerandanya dan kau ajak kita bersama, mengusungnya terbang hilang ke nirwana Ah... burung dara yang terbang, kerdipku terhalang di pematang usang, kusemai kasih dan sayang tempat buruk yang terpuruk pilu pun tumbuh berumpun-rumpun mengakar, menembus pori-pori bumi tumbuh bersama hujan dan tergenang dalam basah Ah... cintaku telah ku lalui lembah jurang lukamu telah ku rasakan duri rumputnya yang menancap di kaki ku tetap kan ku daki semua cinta-Mu ke puncak yang paling hakiki pasti ku tuju *** ilustrasi gambar: sudahtaukahkamu.blogspot.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun