Lihatlah doa yang terbungkus jubah, yang penuh dengan bunga dan juraian renda yang melingkar menyisip di setiap lipatan jubah pengantinmu diantara waktu yang sempit, mencoba berlabuh memintal benang merajut kenang di jalanan yang kian teduh aku melihat kedatangan-Mu tersenyum dengan seribu anggun, membawa dupa dengan seribu harum materi yang berupa zat, bercampur dengan semua sifat di antara tangan sang Imam yang memberi ijab Kau genggam dengan tautan yang sangat erat semua terucap, dan terpahat dengan sekejab “...aku telah menerima, telah pula rela, terhadap-Mu...” di petang yang lengang ini, aku bersanding dengan keyakinan itu gairahku mengecup hingga merasuk jiwa di sayap-Mu beredar, berputar, hinggap dan mendekap erat pada kuntum bibir yang merah, lalu menyibak pada lidah basah nan mengering, lalu mengatup perlahan ku buka jendela hati ku singkap helai demi helai gemulai jiwa terungkap, terangkat semua hijab aku pun buta, keluh, lumpuh tiada rasa mata, wajah, dan seluruh pandangan menyatu dalam kuluman rindu, cinta, dan seluruh rasa kasih menjalin dengan yakin berpacu di antara makna, bersama gelora-gelora yang bergairah dan sekarang semua diam, kan menjadi misteri yang sulit dipahamitersimpan selamany, di dalam gelas keabadian ***ilustrasi gambar, blognyafitri.wordpress.com .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H