Mohon tunggu...
Inge
Inge Mohon Tunggu... -

Menyenangi KESEDERHANAAN. EGO tidaklah sederhana tetapi CINTA.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahasa Menunjukkan Bangsa: Kompasian-er

13 Agustus 2010   11:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bahasa Menunjukkan Bangsa

Kompasianer adalah sebutan orang-orang yang beraktifitas di Kompasiana. Hal ini sesuai definisi yang diberikan oleh admin dalam penjelasannya Tentang Kami.

Dalam Bahasa Inggris, kita mengenal beberapa akhiran dimana salah satunya adalah akhiran –er. Adapun menurut Kamus Bahasa Inggris online seperti Cambridge Dictionary Online memberikan pengertian terhadap kata-kata yang berakhiran –er sebagai berikut:

1.Performer: ditambahkan pada sebuah kata kerja sehingga membentuk kata benda yang berarti seseorang yang melakukan suatu pekerjaan berdasarkan kata kerja tersebut:

a.Writer: dari kata kerja write

b.Commentator: dari kata kerja comment

c.Reader: dari kata kerja read

2.Specialist: ditambahkan pada subyek atau tema-tema tertentu untuk membentuk kata benda yang mengacu pada orang yang mempunya pengetahuan tentang subyek tersebut atau yang mempelajari subyek tersebut:

a.Philosopher: dari kata philosophy

b.Astronomer: dari kata astronomy

3.From a place: ditambahkan pada kata yang berupa suatu nama tempat atau lokasi sehingga membentuk kata benda yang member arti seseorang yang berasal dari suatu tempat:

a.A Londoner: seseorang yang berasal dari London

b.A northerner: seseorang yang bearsal dari north

4.Involved with: ditambahkan pada kata benda atau kata sifat sehingga membentuk kata benda yang mengacu pada orang-orang yang terhubung atau terlibat pada hal-hal tertentu tersebut:

a.A pensioner: seseorang yang menerima pension

b.First graders: para pelajar yang berada di tingkat pertama (first grade) pada sebuah sekolah

5.Characteristics: ditambahkan pada kata benda untuk membentuk kata benda atau kata sifat untuk mengacu pada orang-orang atau hal-hal yang mempunyai karakteristik tertentu tersebut:

a.A double-decker: sebuah bis dengan dua dek (deck)

b.A big-spender: seseorang yang sering menghabiskan banyak uang

Contoh-contoh diatas adalah berdasarkan penjelasan dari Cambridge Dictionary Online tentang akhiran –er.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dengan akhiran –er dalam Bahasa Indonesia?

Sepanjang yang penulis ketahui dan ingat hingga saat ini dan juga hasil mencari, dalam Bahasa Indonesiadikenal ada empat (4) akhiran yaitu akhiran –an, -kan, -i, dan akhiran –nya. Namun berdasarkan catatan dari Wikipedia tentang akhiran Bahasa Indonesia, selain keempat akhiran yang penulis sebutkan diatas juga ada akhiran-akhiran lain yaitu: -ku, -mu, dan akhiran –nda. Jua dari hasil bertanya penulis kepada seorang sahabat dikatakan ada juga akhiran –lah. Dengan demikian pemberian nama Kompasianer sebagai acuan bagi orang-orang yang terlibat dalam Kompasiana adalah tidak memenuhi kaidah tata bahasa untuk Bahasa Indonesia.

Pemberian akhiran –er seperti dalam kata Kompasianer adalah salah satu contoh dari sekian ‘kekeliruan’ yang sering dilakukan secara sengaja demi (terkadang) yang namanya ‘trend’.Jika sikap ini dibiarkan berjalan secara terus menerus maka bukan suatu hal yang mustahil bahwa suatu saat Bahasa Indonesia akan kehilangan identitasnya yang berarti juga kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa.

Ini hanya salah satu contoh kecil saja yang sering dilakukan dimana kita tidak mengindahkan aturan baku yang ada dan tanpa disadari hal ini mempengaruhi perjalanan hidup kita sebagai sebuah bangsa. Tidak ada kedisplinan dan kesetiaan. Yang ada sikap masa bodoh, tidak peka dan tidak peduli. Silakan saja kita merenungkan keadaan Bangsa Indonesia sekarang ini. Semua aturan yang dibuat hanya bersifat formalitas semata. Semuanya bebas melanggarnya. Meski ada aturan yang sudah dibuat dan disepakati bersama, namun tetap saja dilanggar secara sadar dan sengaja karena kurangnya kepedulian dan kesetiaan pada janji atau aturan yang sudah dibuat dan disepakati bersama.

Sikap ini juga memberikan gambaran kepada kita betapa kebanyakan dari kita hanya bisa meniru secara mentah-mentah tanpa mengerti maksud dan tujuan suatu hal ditiru. Meniru pada apa yang tampak dipermukaan saja, padahal apa yang tampak pada permukaan adalah sebuah hasil yang pastinya melalui sebuah proses. Ini adalah cermin sikap masa bodoh.

Hidup tanpa aturan hanya membuat kita menjadi manusia yang hidup tanpa ada arahan yang jelas. Jadi jangan heran pula ketika bangsa ini mudah diombang-ambingkan dari luar secara kita sendiri tidak teguh pada pendirian.

Menyerap kata-kata dari bahasa asing adalah suatu hal yang wajar-wajar saja apalagi dengan era globalisasi saat ini. Namun dengan demikian tetap harus ada aturan-aturan yang harus ditaati. Jika kita tidak menaati aturan yang sudah kita buat, maka tentu dengan sendirinya kita mudah dimanfaatkan oleh orang lain karena kita sedemikian mudahnya melepaskan atau mengingkari sesuatu.

Salam setia!

CodeConverted@MY360MI

Sumber gambar: Photobucket

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun