Mohon tunggu...
Inge
Inge Mohon Tunggu... -

Menyenangi KESEDERHANAAN. EGO tidaklah sederhana tetapi CINTA.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Kisah Inge: Sang Pengelana

26 Februari 2010   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:43 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Ary Amhir sang pengelana suatu waktu pergi mengembara ke Afrika. Ketika sedang asyik memotret di padang sahara, tiba-tiba perutnya menyanyikan lagu keroncong tanda kampung tengah minta diisi. Tengoklah ia pada jam tangannya untuk memastikan apabila memang sudah waktunya untuk makan siang. Sial baginya jam tangannya macet! Sambil memandang kiri-kanan akhirnya sang pengelana memutuskan untuk menuju kepada desa terdekat dengan harapan dapat menemukan toko atau rumah yang bisa memperbaiki jam tangannya yang juga sekaligus berfungsi sebagai kompas. Lama berjalan tampaklah dikejauhan ada sebuah rumah. Sambil berharap-harap cemas berjalanlah ia menuju rumah itu. Semakin dekat dengan rumah itu semakin senang hatinya karena dia bisa melihat di depan rumah itu tergantung sebuah jam dinding besar yang bisa jadi merupakan tempat reparasi jam tangan. Setibanya di rumah tersebut dilihatnya semakin banyak perkakas pertukangan dan lain-lain yang menyerupai bengkel. Harapannya paling tidak penghuni rumah tersebut bisa membantunya. Dengan harapan yang tinggi masuklah ia kedalam rumah tersebut dan bertanya kepada seorang bapak yang ada dibalik meja counter sederhana. "Maaf, ada yang saya bisa saya bantu, nona?" tanya bapak itu yang bernama Syam. "Oh iya, pak. Kebetulan jam tangan saya yang merangkap kompas sedang rusak. Mungkin baterainya yang perlu saya ganti. Bisakah bapak membantu saya memperbaikinya?" balik bertanya si Ary. "Oh maaf, dik. Saya tidak bisa membantu adik. Saya bukan tukang reparasi jam." "Lho! Apa benar begitu, pak? Bukannya bapak menggantung jam dinding besar didepan rumah bapak?" tanya Ary heran mengingat dia melihat jam dinding besar digantung didepan rumah tersebut. "Iya, benar. Tapi saya bukan tukang reparasi jam. Saya ini tukang sunat, dik," jawab Syam kalem. "Kalau begitu, mengapa bapak menggantung jam dinding besar didepan rumah?" tanya Ary sedikit kesal. "Lha! Maumu saya gantung apa didepan rumah saya?!" balas Syam dengan sedikit heran campur kesal juga. "Ya.....," Ary tergagap baru sadar akan pernyataannya sebelumnya. "Apa?" tanya Syam bengong. Tanpa menjawab Ary sang pengelana langsung pamit pergi meninggalkan tempat tersebut.

****************

Selamat berakhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun