Mohon tunggu...
keisyanafilaaprilia
keisyanafilaaprilia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perempuan dan Laki-Laki Penderita Gagal Ginjal Kronis Mengalami Tantangan Berbeda Selama Hemodialisis

1 Januari 2025   19:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   19:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malang -- Hidup dengan penyakit gagal ginjal kronis bukanlah perkara mudah. Penderita yang menjalani hemodialisis, atau cuci darah, menghadapi berbagai tantangan mulai dari pembatasan aktivitas, pola makan ketat, efek samping obat-obatan, hingga perubahan dalam kehidupan sosial dan pekerjaan. Namun, ternyata, pengalaman ini bisa berbeda antara perempuan dan laki-laki. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Indonesia.

Beban Depresi dan Kualitas Hidup yang Berbeda

Menurut Nur Aini, salah satu dosen keperawatan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam tingkat depresi dan pengalaman spiritual antara laki-laki dan perempuan yang menjalani hemodialisis. "Perempuan lebih rentan terhadap depresi dibandingkan laki-laki," ujarnya. Faktor-faktor seperti tekanan sosial, tuntutan peran gender, dan diskriminasi sering kali menjadi beban tambahan yang memperburuk kondisi mental perempuan.

Hal serupa diungkapkan oleh Lilis Setyowati, yang juga turut dalam penelitian ini. "Pada laki-laki, faktor usia dan tingkat depresi terbukti berpengaruh besar terhadap kualitas hidup mereka. Sementara itu, pada perempuan, depresi menjadi prediktor utama menurunnya kualitas hidup," jelasnya. Ia menambahkan, meskipun laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi, pengalaman spiritual ini dirasakan secara berbeda oleh masing-masing gender.

Pentingnya Dukungan Keluarga

Erma Wahyu Mashfufa, salah satu peneliti lainnya, menyoroti pentingnya dukungan keluarga dalam mendampingi penderita gagal ginjal kronis. "Kami menemukan bahwa dukungan keluarga tidak berbeda signifikan antara perempuan dan laki-laki. Namun, kehadiran keluarga tetap menjadi faktor penting yang membantu pasien menghadapi tantangan sehari-hari," ungkapnya.

Ia juga menekankan bahwa pasien hemodialisis membutuhkan pendekatan yang holistik, tidak hanya dalam aspek medis tetapi juga psikososial. "Dukungan emosional, termasuk dari keluarga dan lingkungan, sangat penting untuk menjaga semangat mereka dalam menjalani pengobatan," tambah Erma.

Harapan untuk Masa Depan

Myrna Setyawati, salah satu narasumber, sepakat bahwa kesadaran masyarakat mengenai tantangan yang dihadapi oleh pasien hemodialisis, terutama yang terkait dengan perbedaan gender, harus ditingkatkan. "Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan intervensi yang lebih tepat sasaran, baik untuk laki-laki maupun perempuan," katanya.

Sebagai penutup, Ollyvia Freeska Dwi menyampaikan pesan harapannya, "Dengan dukungan yang tepat dan pendekatan yang lebih manusiawi, kualitas hidup pasien hemodialisis dapat ditingkatkan, sehingga mereka tetap bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik meski dengan segala keterbatasan yang ada."

Penelitian ini tidak hanya menjadi pengingat akan pentingnya perhatian terhadap aspek mental dan spiritual dalam perawatan kesehatan, tetapi juga memberikan gambaran nyata bahwa setiap pasien adalah individu unik yang membutuhkan pendekatan sesuai dengan kebutuhan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun