Mengasuh dan mendidik anak adalah suatu tugas mulia yang tidak pernah lepas dari berbagai rintangan dan tantangan. Anak merupakan individu yang memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Dunia anak selalu penuh dengan kejutan, serba ingin tahu, selalu mengeksplorasi serta dunia bermain dan belajar. Lingkungan sosial pertama yang ditemui anak sejak mereka lahir ke dunia ialah keluarga. Lingkungan keluarga pertama terdiri dari Ayah, Ibu dan diri anak itu sendiri. Hubungan antara individu dengan kedua orangtuanya dapat dikatakan sebagai hubungan timbal balik dimana terdapat interaksi di dalamnya.
Orang tua merupakan pihak yang memiliki peran penting dalam kehidupan sebuah keluarga. Mereka memberikan dampak di dalam kehidupan anak -- anaknya, karena dalam membentuk sebuah karakter anak diperlukan adanya bimbingan dari orang tua. Karakter yang ada dalam diri anak tersebut secara garis besar dipengaruhi oleh pola asuh dari orang tua. Walaupun  diri si anak tersebut juga memiliki pengaruh, namun pola asuh orang tua lebih menentukan jati diri si anak. Anak lahir dalam keadaan belum mengerti apapun, anak menjadi mengerti karena adanya pola asuh maupun pendidikan dari kedua orang tuanya.
      Dalam kehidupan sehari -- hari karakter seorang anak tercermin dari pola asuh orang tuanya. Definisi dari pola asuh menurut Casmini ( dalam Palupi, 2007:3 ) ialah bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Banyak cara yang digunakan orang tua dalam mendidik anaknya yang akan mempengaruhi tingkah laku dan menghasilkan jati diri seorang anak. Oleh karena itu setiap anak memiliki perilaku dan sifat yang berbeda.
Seperti yang kita ketahui bahwa, masing -- masing keluarga memiliki pola kehidupan yang berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan karena, setiap orang tua pastinya mengasuh anak mereka dengan suatu cara tertentu. Selain itu, orang tua dari satu keluarga ke keluarga lainnya pasti memberlakukan suatu gaya asuh yang berbeda. Hal tersebut menjadi penting untuk diingat karena latar belakang orang tua, cara mereka dibesarkan, maupun faktor pendidikan pun akan menyebabkan perbedaan gaya asuh orang tua kepada anaknya. Seperti yang dikatakan oleh Rifa Hidayah pada tahun 2009, beliau mengatakan bahwa tumbuh kembang anak tergantung pada bagaiman orang tua mengasuhnya. Apabila orang tua mengasuhnya dengan penuh kehangatan kasih sayang dan bimbingan yang baik maka anak akan tumbuh dengan baik. Begitu juga sebaliknya, jika anak mendapatkan pengasuhan yang keras dan kasar maka anak pun menjadi keras dan kasar.
 Sudah disebutkan diatas bahwa pola asuh setiap orang tua berbeda. Oleh karena itu, mari kita bahas mengenai jenis -- jenis pola asuh yang ada. Menurut Baumrind (dalam Dariyo, 2004:98) membagi pola asuh orang tua menjadi 4 macam, yaitu ; pertama, Pola asuh otoriter, pola asuh ini menitikberatkan pada segala peraturan yang dibuat oleh orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua dapat berperilaku semena -- mena tanpa adanya kontrol oleh anak. Anak tidak boleh membantah apa yang dikatakan oleh orang tua dan harus selalu patuh nurut sama apa yang dikatakan oleh orang tua.
Kedua, Pola asuh permisif yaitu pola asuh dengan segala aturan dan ketatapan keluarga di tangan anak. Orang tua selalu memperbolehkan apa yang dilakukan oleh anak dan selalu menuruti apa yang diinginkan oleh anak. Ketiga, pola asuh demokratis yaitu keududukan anak dan orang tua sejajar. Dalam pola asuh ini, setiap keputusan yang diambil merupakan hasil pertimbangan dari kedua belah pihak. Kebebasan yang diberikan oleh orang tua kepada anak harus ada tanggung jawabnya, yang artinya bahwa anak berada di bawah pengawasan orang tua. Keempat, pola asuh situasional, ialah orang tua menerapkan pola asuh secara luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung.
Pola asuh yang bagus untuk diterapkan kepada anak ialah pola asuh demokratis, karena anak dapat menemukan jati dirinya sendiri tanpa adanya pemaksaan dari orang tua. Anak juga diajarkan untuk memiliki tanggung jawab dalam setiap tindakan yang dia lakukan. Tidak seperti pola asuh otoriter yang cenderung bersikap memerintah atau mengomando dan bersifat kaku. Orang tua juga lebih emosional.Â
Anak dituntut harus mematuhi peraturan yang dibuat oleh orang tua. Pola asuh ini sangat mengekang kebebasan anak. Jika kita bisa melihat perbedaan antara anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter akan sangat terlihat perbedaannya. Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan terlihat seperti anak yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang bagus dan lebih mudah bergaul dengan lingkungan sekitar. Sedangkan anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter akan cenderung menutup diri dari lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, sebagai orang tua seharusnya dapat memilih pola asuh yang bijak untuk anaknya . Karena pola asuh yang diterapkan akan berdampak kepada psikologis anak. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pola asuh orang akan sangat menentukan jati diri anak. Pola asuh seperti apa yang dipilih secara garis besar akan bepengaruh dalam diri anak. Orang tua juga harus mengenal karakter pribadi anak secara baik. Jangan sampai sebagai orang tua, salah menilai karakter pribadi anak. Karena dengan mengenal karakter pribadi anak, orang tua dapat menentukkan pola asuh seperti apa yang cocok diterapkan kepada anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H