Saya orang awam, yang adakalanya dengan mudah terjerembab oleh kata-kata media. Namun adakalanya saya harus belajar untuk tidak begitu saja mempercayai media. Media tentunya memiliki kemanfaatan untuk memintarkan. Namun juga memintarkan yang seperti apa???? apakah pemintaran setengah-setengah, yang akhirnya berdampak mengemosionalkan atau sebaliknya memintarkan seseorang untuk semakin pintar bersilat lidah. Ya namanya kebebasan telah dikoar-koar kemana-mana, bebas pula mulut berkoar ga tahu juntrungannya hendak dimana. Tentu ada tujuannya. La, tujuan itu semuanya memang baik. Tapi siapa dulu yang melihat dan meresponnya. Ya, kayak koruptor aja. Bagi dia baik tujuan dia korupsi. Selain ngumpulin duit untuk kebutuhan hidup, bisa juga buat membangun pertemanan. Namun, ada efek yang ga bener alias tujuannya jadi buruk ketika uang yang digunakan adalah uang rakyat. Rakyat kelaparan, si pejabat petentang-petenteng makan nasi sepuasnya. Na'udzubillah mindzalik,... Astaghfirullah....
Oke, saya stop sementara tulisan diatas karena bahasan akan semakin membosankan. Â ^^
Cerdas, begitu saya menyebutnya. Pintar, begitu saya mengatakannya. Pandai, begitu saya menyatakannya. Dan apa adanya,....
Begitu saya baca artikel tentang pidato Hasyim Muzadi ((check this out), lalu saya teringat dengan tulisan salah satu kompasianer yang begitu mendalam (buka disini)Â , begitu mencerdaskan, dan begitu masuk akal. Bukan dengan okol alias dengkul untuk memaparkannya tapi dengan pikirannya yang jernih dalam menyikapi berbagi persoalan kebebasan yang selama ini didendangkan oleh kaum-kaum yang merasa jadi pencerah bangsa ( menurut saya bukan pencerah, tapi perusak )--- saya tidak akan menyebutkan siapa. Anda tahu sendiri.
KEBEBASAN....
Sukakah anda dengan kebebasan?
------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H