Mohon tunggu...
Keinna Januar
Keinna Januar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hubungan Masyarakat UPN Veteran Yogyakarta

Hola peeps! it's Keinna. During her semester, she was active in organizations and also hope got a cumulative grade point average of cum laude haha. She's deeply interested in education, environtment issues, humanity, equality, cat, and food

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tokoh Agama Sebagai Role Model Masyarakat Hadapi Covid-19

19 Desember 2021   14:12 Diperbarui: 19 Desember 2021   17:05 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Selain faktor kesehatan dan pola hidup, meningginya trend Covid-19 dikalangan masyarakat merupakan fakta bahwa kurangnya pemahaman mengenai penularan wabah ini, yang bisa dikarenakan oleh beberapa hal yaitu, tidak memiliki akses informasi, kepercayaan yang kuat bahwa Tuhan YME menciptakan makhluk hidup untuk kepentingan dan kebutuhan hambanya sehingga mereka merasa tak perlu takut dan khawatir, mendapatkan informasi atau pengetahuan yang dari sumber yang tidak akurat, sering memperoleh informasi hoax. Dalam hal ini, tokoh masyarakat atau tokoh agama memegang peran penting sebagai sarana pemberi edukasi kepada masyarakatMasalahnya, masih adanya beberapa tokoh agama dan masyarakat yang meyakini Covid-19 tidak ada. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan sekaligus ancaman bagi pemerintah dan masyarakat, karena pemahaman tersebut akan mempermudah penyebaran yang tinggi di lingkungan masyarakat. 

Demikian juga perilaku para tokoh agama yang menghadiri dan mengadakan kegiatan keagamaan di tengah pandemi covid-19 di beberapa daerah salah satunya Tabligh Akbar yang diselenggarakan di Masjid Al-Huda, Kediri maupun sekitarnya. Hal ini telah memperlihatkan perilaku keliru yang justru mempercepat penyebaran Covid-19 di lingkungan masyarakat. Di sisi lain, banyaknya informasi tentatif yang terjadi di kalangan masyarakat seperti mengharamkan tidak sholat berjamaah di masjid hanya karena pandemi Covid-19, kebijakan ini dianggap oleh beberapa tokoh agama sebagai bentuk ketakutan terhadap sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Bagi oknum-oknum tokoh agama tersebut, satu-satunya ketakutan yang harus dimiliki oleh manusia hanyalah ketakutan kepada Allah SWT. 

Doktrin seperti ini dalam keadaan pandemi justru dapat menurunkan kesadaran masyarakat tentang masifnya penyebaran penyakit. Dalam kasus lain, terdapat beberapa tokoh agama yang memilki pandangan berbeda mengenai suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, contoh kasusnya terutama respon mereka dalam menghadapi pandemi Covid-19. Nilai-nilai agama mengenai ketakwaan terkadang dihadapkan secara langsung dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pencegahan penyebaran covid-19 yang terkadang terjadi kesalahpahaman oleh mereka dalam memaknai perpaduan antara dua hal tersebut yang dampaknya kepada masyarakat dapat berakibat ketidaktakutan, perasaan abai, kurangnya kewaspadaan, dan menjadikan penularan penyakit semakin meluas. 

Dalam kondisi ini, peranan tokoh agama dalam menyikapi penyebaran Covid -19 menjadi pisau bermata dua. Pada satu sisi, pemahaman tersebut memiliki kebenaran yang absolut dalam beragama dan disisi lain pemahaman semacam itu dapat menimbulkan perilaku kurang aware dan menurunkan kewaspadaan, sehingga berakibat meluasnya penyebaran penyakit. Ditambah kontrol yang dimiliki tokoh agama dalam era digitalisasi, semakin memberi akses tersebarnya paham tersebut. Kutipan  pemahaman tersebut dalam bermacam media dapat dengan mudahnya diakses oleh masyarakat Indonesia sehingga masyarakat mempunyai dua opsi dalam mentaati anjuran pemerintah atau mentaati anjuran tokoh agama.

Seseorang akan menjadi komunikator yang efektif di lingkungan masyarakat jika ia mempunyai kualitas dalam pengaruhnya bagi komunitas masyarakatnya. Hal utama yang mengantarkan seseorang dapat dinilai sebagai komunikator yang efektif dan kemudian mendapat label seorang oleh masyarakat adalah kemampuannya dalam mengutamakan dan mengembangkan aspek adab dalam menjalin interaksi dan berkomunikasi di tengah-tengah masyarakat. Sinkronisasi beragam ketrampilan personal berupa kompetensi spiritual yang dikombinasikan dengan kemampuan etika dalam berkomunikasi saat interaksi kepada masyarakat dengan keadaan mereka memahami dengan tata cara, kesopanan, kualitas  dalam berkomunikasi dan derajat pemahaman ilmunya, hal tersebutlah yang mengantarkan seseorang dianggap sebagai tokoh dalam masyarakat yang kemudian  mendapat posisi terkemuka yang diberikan masyarakat saat berinteraksi ataupun berkomunikasi dengannya. Seperti menjadi tempat untuk masyarakat melakukan rujukan dalam proses dalam pengambilan keputusan sosial maupun rujukan dalam bersikap karena dianggap sebagai seseorang dengan pemahaman dan pengetahuan lebih tentang agama maupun kehidupan. Dengan hal ini, menunjukan bahwa masyarakat menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada tokoh tersebut

  • Tokoh Agama sebagai Komunikator: Wadah Informasi Pandemi

Tokoh agama dapat menjadi penyalur pesan dari tenaga kesehatan maupun pemerintah kepada masyarakat. Meskipun sekedar simbol, tindakan tokoh agama dalam menghadapi pandemi banyak diikuti oleh masyarakat. Seperti ketika para tokoh agama mengurangi maupun menunda beribadah maupun kegiatan di luar rumah dan memutuskan untuk tetap di rumah atau work from home, secara tidak langsung hal ini membuat banyak masyarakat mengikuti perilaku yang dilakukan tokoh panutan mereka. Hal inilah, yang kemudian membuat pemerintah kerap menjadikan sosok tokoh agama yang kharismatik dan religius sebagai salah satu figur yang menyampaikan pesan layanan kepada masyarakat. Peran tokoh agama dapat membuat dirinya sebagai komunikator yang efektif bagi masyarakat, mereka bisa memberikan informasi yang tepat dan akurat melalui komunitas atau lembaga yang dipimpin. Kehadiran fatwa dan nasihat dari organisasi keagamaan atau tokoh agama dapat menjadi bagian dari usaha memberikan kebenaran informasi terkait dengan kegiatan keagamaan di masa pandemi Covid-19 ini. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan tersebut menjadi salah satu alat yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat beragama terkait ihwal keagamaan. Kekuatan fatwa dan kebenaran informasi bisa dipertanggung jawabkan sebab penyusunan melalui diskusi dan perundingan oleh para ulama, sehingga secara legitimasi hukum dapat dikategorikan kredibel. 

Tidak berlebihan apabila tokoh agama mempunyai peran yang sangat fundamental dalam menjadi perantara pemerintah tenaga kesehatan dan pemerintah. Selain meminta masyarakat bersama-sama berdoa dan berharap semua cobaan ini dapat segera berlalu, mereka juga meminta pada masyarakat agar tetap menahan diri untuk beribadah di rumah sementara ini serta tidak melakukan ritual atau kegiatan keagamaan di luar rumah. Hal inilah yang menjadi sesuatu “khas” dari sosok tokoh agama, mereka dapat menggunakan dalil dan anjuran agama sebagai bagian dari peran mereka untuk mengingatkan umat agar selalu menjaga diri serta melakukan bermacam-macam langkah pencegahan dalam penyebaran virus. 

Dari penjabaran di atas, dapat diketahui tokoh agama dinilai mampu memberi perubahan signifikan terhadap kondisi lingkungan maupun sosial masyarakat dengan metode penyuluhan, sosialisasi, maupun memberi contoh perilaku, akan mempermudah proses diterimanya pemahaman kepada masyarakat untuk bagaimana harus bertindak dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Mereka mampu mengarahkan mobilitas masyarakat kearah tindakan yang sesuai kehendak mereka karena masyarakat menganggap tokoh agama sebagai tempat rujukan, memberi keputusan, serta sarana pembangun kepercayaan masyarakat melalui pengetahuan, dan pemahaman akan permasalahan sosial dan keagamaan sesuai nilai yang yang dianut masyarakat.

Dalam hal ini, akan tercipta komunitas masyarakat sebagai agen yang memiliki tujuan terhadap perubahan dalam memperbaiki lingkungan di sekitarnya atau mengurangi dampak kerusakan suatu fenomena yang sedang terjadi. Aspek dapat terwujudnya keberhasilan perubahan yang ingin dicapai oleh tokoh agama disebabkan karena  kepatuhan, yang artinya kapabilitas para tokoh agama dalam menjabarkan persoalan-persoalan yang kompleks kepada masyarakat menjadi lebih mudah dan dapat diterima. Kemampuan dalam berkomunikasi ini menjadi nilai plus bagi tokoh agama untuk memberi kesadaran dan contoh cerminan perilaku dengan nilai yang di anut dalam masyarakat agar dapat mengarahkan pada hal yang menjadi tujuan bersama yaitu membawa perubahan untuk lingkungan dan sosial. Ini menunjukan bahwa tokoh agama dalam masyarakat adalah aspek penting dalam merubah kesadaran berperilaku masyarakat sesuai dengan nilai dan tujuan bersama yang diinginkan. 

Tetapi dalam hal ini, yang perlu di garis bawahi bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab dan peranan dalam pencegahan dan menghentikan penyebaran Covid- 19. Bukan hanya sekedar mengagungkan peranan dari salah satu tokoh dalam lapisan masyarakat saja, tetapi sebagai usaha mendorong pengoptimalan peran dan dapat saling bahu-membahu dalam menghadapi dan mengatasi pandemi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun