Mohon tunggu...
Keiko LolaKlarissa
Keiko LolaKlarissa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Kami membuat esai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Generasi Mental Tempe, Gen Z yang Lebih Rapuh dibanding Generasi Sebelumnya

15 Februari 2024   11:16 Diperbarui: 15 Februari 2024   13:49 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi Z, yang lahir setelah tahun 1997, dikenal sebagai generasi yang tumbuh besar dengan kemajuan teknologi dan media sosial. Meskipun hal ini memberikan banyak keuntungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental dan emosional Generasi Z. Menurut sebuah studi dari American Psychological Association pada 2018, lebih dari 60% remaja Generasi Z mengaku mengalami tekanan psikologis yang signifikan dalam keseharian mereka.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Generasi Z rentan mengalami masalah kesehatan mental dan emosi. Pertama, paparan media sosial yang berlebihan. Media sosial memungkinkan perbandingan diri secara konstan dengan orang lain, yang dapat memicu rasa rendah diri, cemas, dan depresi. Kedua, kurangnya keterikatan personal dalam relasi. Meskipun selalu terhubung secara online, Generasi Z sering kurang memiliki keterikatan emosional yang mendalam dengan orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, iklim kehidupan modern yang penuh tekanan turut mempengaruhi mental Generasi Z. Tuntutan akademis dan sosial yang tinggi kerap membuat mereka merasa kewalahan. Akumulasi dari berbagai faktor tersebutlah yang pada akhirnya membuat Generasi Z jauh lebih sensitif dan rapuh dalam mengelola emosi mereka.

Tak jarang muncul pula stereotip bahwa Generasi Z adalah generasi yang cengeng, manja, dan tidak bisa menghadapi tekanan. Label-label ini tentu tidak adil, mengingat banyak tantangan mental dan emosional yang mereka hadapi di usia muda. Stereotipe ini justru dapat memperparah kondisi kesehatan mental Generasi Z.

Dengan perbedaan rentang tahun lahir, cara didik setiap generasi sangat berbeda. Pola asuh dan lingkungan hidup ternyata sangat berpengaruh terhadap mental dan ketangguhan seseorang dalam menghadapi masalah. Generasi Baby Boomers yang lahir pada pasca Perang Dunia II harus menghadapi masa yang penuh ketidakpastian dan keterbatasan. Mereka dibesarkan dengan pola asuh yang sangat disiplin dan keras dimana anak diharapkan untuk membantu orangtua dan mandiri sejak usia dini. Banyak di antara mereka yang bahkan tidak melanjutkan sekolah karena harus ikut mencari nafkah. Pengalaman hidup yang keras ini pada akhirnya melatih mental Generasi Baby Boomers menjadi tangguh dan terbiasa menghadapi kesulitan. 

Berbeda dengan Generasi Baby Boomers, Generasi X yang lahir setelahnya mulai mengenyam pola asuh yang agak longgar meski tetap mengutamakan kedisiplinan dan kemandirian. Mereka dibesarkan di awal era teknologi dan informasi meski belum serba canggih. Generasi X terbiasa menghadapi masalah dengan cara berpikir rasional, analitis, dan mengambil keputusan secara tegas. Mental mereka cukup kuat karena harus beradaptasi dengan perubahan zaman dan menghadapi kompetisi global. Lalu berbeda halnya dengan generasi milenial yang dianggap generasi yang bisa memahami antara perseteruan generasi X dan generasi Z. Generasi Millennial  mulai dimanjakan orang tua mereka yang melindungi dari kesulitan hidup. Namun, dikarenakan krisis ekonomi global dan finansial memaksa mereka menjadi generasi yang disebut sandwich generation dengan masalah di era mereka ini menempa mental Generasi Millennial agar tetap tangguh dan adaptif menghadapi masalah.

Lain halnya dengan Generasi Z yang tumbuh besar di era serba modern dan teknologi canggih nan instan. Pola asuh yang memanjakan, over protektif, dan orang tua yang langsung turun tangan mengatasi masalah sang buah hati tanpa disadari justru melemahkan mental Generasi Z. Ditambah juga dengan pengetahuan generasi Z akan kesehatan mental, sehingga mereka berharap orang akan memperlakukan mereka sesuai dengan bagaimana seharusnya seseorang menghargai kondisi orang lain. Mereka kurang terlatih menghadapi kesulitan sejak kecil, ditambah terpaan media sosial dan berbagai tekanan hidup modern membuat Generasi Z jauh lebih rapuh dan kesulitan bangkit dari permasalahan. 

Istilah "Mental Tempe" yang sering berbunyi di era generasi Z ini ialah Istilah yang kerap kali  disematkan pada Generasi Z untuk mengistilahkan kondisi mental mereka yang dianggap kurang kuat dan mudah stres atau putus asa dalam menghadapi permasalahan kehidupan, tidak seperti generasi-generasi sebelumnya.Generasi Z yang lahir dan besar di era serba modern dan instan, terbiasa dimanjakan sejak kecil dan jarang menghadapi kesulitan hidup, ditengarai menjadi penyebab utama mengapa mental Generasi Z ini dianggap "lembek" bagaikan tempe oleh banyak kalangan.

Selain faktor lingkungan dan gaya hidup yang berbeda, perkembangan teknologi dan tekanan di era digital juga turut membentuk pola pikir Generasi Z yang cenderung tidak sabaran, mudah cemas, dan kurang gigih dalam memecahkan permasalahan dibanding generasi-generasi terdahulu.

Kondisi mental Generasi Z yang kerap dikaitkan dengan label "Mental Tempe" ini seringkali melahirkan stereotipe negatif dan sindiran pedas dari generasi tua. Padahal, diperlukan empati dan pemahaman lintas generasi untuk membangun ketangguhan mental Generasi Z tanpa stigma yang merendahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun