Mohon tunggu...
keiko alifian welly
keiko alifian welly Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Airlangga

saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga fakultas ilmu budaya prodi bahasa dan sastra inggris

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

KIPK Salah Sasaran: Siapa yang Salah?

9 Juni 2024   16:47 Diperbarui: 9 Juni 2024   19:34 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) adalah salah satu inisiatif pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Namun, seperti halnya banyak program bantuan lainnya, implementasi KIPK tidak luput dari masalah. Salah satu isu yang kerap muncul adalah penyaluran KIPK yang salah sasaran, di mana bantuan ini justru diterima oleh mereka yang sebenarnya tidak membutuhkan, sementara yang benar-benar memerlukan justru tidak mendapatkannya. Pertanyaannya adalah, siapa yang harus disalahkan?

1. Proses Verifikasi yang Lemah

Data Tidak Akurat atau Ketinggalan Zaman

Salah satu penyebab utama dari salah sasaran ini adalah proses verifikasi yang kurang ketat. Data yang digunakan untuk menentukan kelayakan penerima KIPK sering kali tidak akurat atau ketinggalan zaman. Misalnya, data penghasilan orang tua atau wali mahasiswa yang digunakan untuk menilai kelayakan penerima bantuan seringkali tidak mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena:

  • Data Penghasilan yang Tidak Terverifikasi: Banyak keluarga yang bekerja di sektor informal sehingga penghasilan mereka sulit diverifikasi dengan cara konvensional.
  • Data yang Tidak Diperbarui: Data kependudukan dan kondisi ekonomi keluarga yang tidak diperbarui secara rutin menyebabkan keputusan berdasarkan informasi yang usang.

Manipulasi Data

Selain data yang tidak akurat, ada juga potensi manipulasi data oleh calon penerima atau pihak ketiga. Misalnya, beberapa keluarga mungkin sengaja melaporkan penghasilan lebih rendah dari yang sebenarnya atau tidak melaporkan aset-aset tertentu untuk memenuhi syarat penerimaan KIPK.

2. Kurangnya Pengawasan dan Monitoring

Mekanisme Pengawasan yang Lemah

Pengawasan dan monitoring yang kurang efektif juga berkontribusi pada masalah ini. Pihak berwenang seringkali tidak memiliki mekanisme yang memadai untuk memantau dan mengevaluasi penyaluran bantuan secara berkala. Akibatnya, kesalahan dalam penyaluran KIPK tidak segera terdeteksi dan diperbaiki. Beberapa faktor penyebab lemahnya pengawasan meliputi:

  • Kurangnya Sumber Daya Manusia: Tenaga pengawas yang terbatas menyebabkan proses pengawasan tidak berjalan optimal.
  • Sistem Pemantauan yang Tidak Terintegrasi: Sistem pemantauan yang tidak terintegrasi membuat sulit untuk melacak dan mengevaluasi penyaluran bantuan secara efektif.

Penyalahgunaan dan Manipulasi

Tanpa adanya pengawasan yang ketat, program ini rentan terhadap penyalahgunaan dan manipulasi. Misalnya, ada kemungkinan oknum yang terlibat dalam proses penyaluran melakukan penyimpangan untuk keuntungan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun