Part I
Setelah berjuang melewati semester daring yang sangat-sangat padat akhirnya liburan pun tiba, saat yang ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa untuk beristirahat atau pergi berlibur setelah melalui padatnya dunia perkuliahan.
Sebagai orang yang tidak bisa diam di tempat, tentu saja saya memanfaatkan waktu libur dengan jalan-jalan, bahkan dari jauh-jauh hari pun saya sudah merencanakan tempat-tempat yang akan dikunjungi nantinya ketika liburan.
Sayang seribu samyang, akibat lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia pada beberapa waktu lalu membuat pemerintah melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masayarakat atau yang dikenal dengan PPKM pada awal Juli lalu.
Diberlakukannya PPKMpret membuat tempat-tempat wisata yang ada di dalam list saya tutup dan benar-benar membuat liburan kali ini terasa suram dan membosankan.
Namun setelah melihat kembali list-list kegiatan selama liburan, sepertinya liburan saya kali ini masih bisa sedikit tertolong dengan satu kegiatan ini, yap, yaitu memotret Lava Pijar Merapi.
Sebagai seorang mahasiswa perantau yang di daerahnya tidak ada gunung api, tentu saja melihat guguran lava pijar gunung Merapi bisa menjadi pengalaman baru yang seru dan unik.
Setelah mencari informasi mengenai spot untuk memotret guguran melalui instagram dan bertanya kepada teman, akhirnya tanggal 16 Juli 2021 saya dan kawan meluncur ke gor Kaliurang untuk memotret guguran lavar pijar Merapi, alasan memilih spot tersebut karena cukup dekat dari kos kami yang berada di jalan Kaliurang juga.
Kami berangkat dari kosan sekitar jam 7.30 malam dan sampai di lokasi sekitar jam 8 lewat berapa gitu lah pokoknya, sebelum sampai di sana, sepanjang perjalanan saya cukup ragu apakah bisa memotret atau tidak mengingat saat itu PPKM masih berlangsung dan kawasan wisata Kaliurang pun sedang ditutup. Setelah sampai di sana ternyata aman-aman saja, kami pun disambut dengan cuaca yang cerah dan dinginnya hawa Kaliurang atas.
Tetapi suasana dingin tersebut perlahan mulai menjadi hangat ketika warga lokal yang kebetulan saat itu sedang memotret guguran menawarkan kopi kepada kami. Setelah itu kami pun mulai mengeluarkan kamera dan tripod untuk memotret guguran tersebut.
Karena ini kali pertama saya memotret guguran dan minimnya pencahayaan membuat auto fokus kamera saya menjadi tidak bisa bekerja, akhrinya malam itu saya pertama kali belajar menggunakan manual fokus, harap maklum, soalnya saya baru lima bulan belajar kamera digital hehehe.
Setelah mencoba cukup lama untuk mencari titik fokus akhirnya saya berhasil mendapat titik fokusnya dan mulai memotret guguran lava pijar tersebut, sayang sekali malam itu guguran lava pijarnya lebih banyak mengarah barat dan tenggara sehingga tidak banyak foto yang bisa diambil.
Tak terasa waktu pun berlalu dengan cepat dan diikuti oleh suasana yang semakin dingin. Sebenarnya kami masih ingin tinggal lebih lama lagi untuk memotret lava pijar, tetapi karena suasana yang semakin dingin dan pakaian yang tidak mendukung membuat kami memutuskan untuk turun pada jam 12.30 malam.
Setelah sampai di kos, saya pun langsung menyalakan laptop dan mengecek hasil foto-foto tadi. Sayang sekali setelah melihat melalui layar laptop, ternyata semua foto-foto tersebut blur sehingga saya merasa harus remedial lagi dalam memotret lava pijar, dan menjadi pelajaran buat saya untuk lebih teliti lagi dalam melihat hasil foto melalui layar LCD kamera.
Part II
Usai mengisi KRS Remedial pada tanggal 17 Juli, akhirnya pada tanggal 18 Juli, tepatnya pada senin malam saya pun mengajak kawan untuk memotret lava pijar lagi, tetapi karena kawan saya tidak bisa jadi saya pun memutuskan untuk pergi memotret sendiri di gor Kaliurang.
Tetapi kali kedua ini saya datang dengan persiapan yang matang, mulai dari pakaian hingga makan pun sudah disiapkan dengan baik. Saya pun berangkat sekitar jam 7 malam dari kos dan tiba jam 7.30 seingat saya.Â
Setelah sampai di sana, ternyata cuma saya seorang diri yang ada di gor dan cuaca pada saat itu sedang berkabut, gunung Merapi pun tertutup oleh kabut dan akhirnya saya pun mulai menunggu berharap cuaca berubah menjadi cerah, jujur saja karena hanya seorang diri, saya pun cukup was-was dengan keadaan sekitar, apalagi tidak adanya penerangan dan suasana yang cukup sepi membuat saya harus ekstra waspada dari orang jahat ye kan.
Lanjut gan, setelah menunggu cukup lama akhirnya pelan-pelan kabut pun mulai hilang, akan tetapi tetap saja gunung Merapi masih tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, setelahnya saya pun iseng-iseng memotret menggunakan kamera saya dan tidak diduga-duga kamera saya berhasil menangkap guguran lava pijar Merapi dibalik kabut, melihat hasil foto tersebut auto senanglah saya dan optimis cuaca bisa cerah seperti malam sebelumnya.
Nampaknya malam itu alam tidak berpihak kepada saya karena lama-lama kabut bukannya hilang malah menjadi semakin pekat, akhirnya saya pun memutuskan untuk balik kanan dengan perasaan kecewa. Tetapi beruntunglah saya, setelah mengecek melalui laptop, foto-foto yang saya ambil malam itu semuanya tajam dan tidak ada yang blur sehingga tidak kecewa-kecewa amat lah ya.
Sekian part II yang cukup singkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H