Dalam film Cahaya dari Timur: Betak Maluku, dapat ditemukan berbagai Hambatan Budaya yang ditunjukan dalam beberapa adegan dalam film ini
Prasangka
Prasangka diartikan sebagai perasaan yang negatif dan kuat, serta terkait dengan kelompok tertentu. Marcionis (dalam Samovar, 2010) mendefiniskan prasangka merupakan generalisasi yang kaku dan irasional tentang suatu kategori seseorang.
Prasangka yang ditunjukan dalam film ini ketika Salim atau Salembe mengetahui dari teman-temannya kalau Finky adalah anak dari polisi, mulai saat itu Salembe tidak menyukai Finky karena ayah Salembe meninggal akibat terkena peluru nyasar dari polisi.
Sikap prasangka tersebut tentu saja sangat mempengaruhi kekompakan tim Maluku ketika latihan, mulai dari tackling keras yang dilakukan Salembe kepada Finky ketika sedang latihan dan berujung pada perkelahian.
Sikap tersebut berlanjut hingga turnamen di Jakarta, pada saat tim Maluku bertanding melawan tim Jakarta, tim Maluku kebobolan dan Finky menyalahkan Salembe yang membiarkan pemain Jakarta mencetak gol, suasana di lapangan menjadi panas dan berlanjut dengan perkelahian di ruang ganti.
Etnosentrisme
Menurut David Matsumoto, Etnosentrisme adalah cara pandang dan penafsiran perilaku seseorang dari kacamata kultural, etnosentrisme memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai sesuati yang absolut dan digunakan sebagai standar.
Etnosentrisme dalam film ini ditampilkan ketika Salembe bersitegang dengan Sani (Pelatih) di ruang ganti, pada saat itu Salembe mempertanyakan mengapa harus merekrut Fanky dan Finky yang berasal dari Passo, Salembe merasa kalau orang dari Tulehu sudah cukup untuk bermain di turnamen PSSI.