Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pembukaan Sidang Bersama DPD-DPR RI tahun 2019 adalah salah satu contoh komunikasi persuasif yang sangat baik di mana Jokowi berhasil merangkul seluruh rakyat Indonesia dengan pendekatan yang terstruktur dan efektif. Pidato tersebut mengikuti prinsip-prinsip komunikasi persuasif dengan menyusun pesan dari awal hingga akhir secara logis dan emosional, untuk mencapai tujuan retorik.
Pada bagian pembuka, Jokowi langsung menarik perhatian audiens dengan menyebutkan hampir semua elemen masyarakat seperti daerah, suku, golongan, bahkan profesi yang ada di Indonesia. Dengan menyapa hampir semua lapisan masyarakat Jokowi menunjukkan bahwa ia memperhatikan kelompok yang kadang terlupakan. Hal ini relevan karena terdapat kritik terhadap kebijakan pembangunan yang dianggap "Jawa-sentris". Dengan kalimat seperti, “Saya ingin mengajak kita semua untuk meneguhkan kembali semangat pendiri bangsa bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta dan Pulau Jawa, Indonesia adalah seluruh bagian pelosok tanah air. Pembangunan yang dilakukan juga harus dinikmati seluruh warga”. Jokowi berusaha menegaskan komitmennya untuk mengatasi ketimpangan pembangunan dan memberikan perhatian kepada daerah-daerah luar Jawa. Pada saat ini, audiens dari berbagai wilayah Indonesia merasa diakui dan didengarkan, yang merupakan strategi persuasif untuk mendapatkan simpati.
Selain itu, Jokowi juga mengapresiasi berbagai tokoh, seperti pemimpin agama, budayawan, dan pendidik. Jokowi tidak hanya berfokus pada figur politik atau penguasa, melainkan juga memperluas pengakuan dan penghargaan kepada elemen masyarakat yang mungkin sering diabaikan. Pujian ini membangun citra Jokowi sebagai pemimpin yang merakyat dan menghargai kontribusi berbagai pihak dalam membangun negara.
Jokowi secara halus memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang siap membawa perubahan besar bagi Indonesia. Dalam pidatonya, dia menekankan bahwa dirinya akan memimpin bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Dengan menyatakan hal ini secara langsung, dia menciptakan harapan dan rasa hormat dari audiens, yang pada akhirnya melihatnya sebagai sosok yang mampu memimpin perubahan. Namun, Jokowi tetap menampilkan kesederhanaan dan kedekatan dengan rakyat. Dengan mengenakan pakaian adat dari Sasak, Nusa Tenggara Barat yang merupakan daerah yang jarang mendapat sorotan.
Pada bagian isi pidato, Jokowi menyampaikan berbagai fakta dan realitas permasalahan yang dihadapi Indonesia, mulai dari tantangan ekonomi hingga ancaman bencana alam dan kerusakan lingkungan. Dengan menyebutkan masalah-masalah yang sensitif dan menjadi topik diskusi di kalangan masyarakat, Jokowi menunjukkan keberaniannya untuk terbuka dan transparan tentang kondisi bangsa. Ini adalah salah satu elemen kunci dalam komunikasi persuasif, yaitu menggunakan fakta dan realitas untuk membangun kredibilitas (ethos) di mata audiens. Jokowi juga menawarkan solusi konkret, yang menunjukkan bahwa dia bukan hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga memiliki rencana untuk mengatasinya.
Selain itu, Jokowi menggunakan kalimat afirmatif seperti, “Saya yakin kita akan mampu melakukan lompatan-lompatan kemajuan yang signifikan,” untuk memberikan semangat dan motivasi kepada rakyat. Dalam hal ini, Jokowi tidak membuat narasi yang menakutkan atau pesimistis, melainkan mencoba mengangkat semangat rakyat dengan optimisme. Ia menyebutkan bahwa solusi untuk tantangan yang dihadapi terletak pada rakyat itu sendiri, dengan menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif. Pernyataan ini mengandung unsur logos, yaitu penggunaan logika yang menghubungkan antara masalah dan solusi yang harus dipahami oleh rakyat.
Pidato Jokowi juga diselingi dengan elemen visual yang memperkuat pesannya. Pada menit ke 24:29, Jokowi menggunakan handphone sebagai objek peraga untuk mencontohkan pentingnya teknologi dalam perubahan sosial dan ekonomi. Ini adalah cara yang cerdas untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak dengan realitas yang mudah dipahami oleh audiens.
Dalam keseluruhan pidato, Jokowi menghindari paksaan, prinsip dasar komunikasi persuasif. Ia tidak mengarahkan audiens untuk melakukan sesuatu dengan cara yang otoriter, tetapi memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memilih arah perubahan. Namun, dia secara jelas menunjukkan bahwa jika rakyat Indonesia ingin maju, mereka harus terlibat aktif dalam proses tersebut. Pendekatan ini menguatkan pesan bahwa perubahan adalah tanggung jawab bersama, dimana setiap individu berperan penting dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Keenan Putra Namaskara Asael
230908238