Genap setahun kita melewati hari demi hari dan bulan demi bulan. Selama kurang lebih 365 hari, 8.760 jam, 525.600 menit dan 31.536.000 detik kita menghirup udara, bebas bernafas. Batapa banyak nikmat yang kita dapat. Sirkulasi masa itu tidak luput dari tindak tanduk baik dan buruk yang sudah terlanjur kita lakukan. Namun, tidak mungkin masa lalu kembali seperti semula dan belum tentu masa akan datang lebih baik, maka saat inilah kesempatan untuk berbenah. Belajar dari masa lalu tentang kesalahan, kegagalan dan seabrek masalah yang kita hadapi, dengan niat baik kita mulai berbenah. Semua itu bukan berarti memupuskan harapan kita, namun justru menjadi pelecut semangat untuk menatap masa depan yang lebih baik. Seorang muslim yang baik selalu berbaik sangka pada Tuhan yang menguji hamba-Nya sesuai kemampuan seorang hamba itu. Dengan demikian, sekali lagi mari belajar dari masa lalu, bukan untuk diratapi melainkan untuk kita petik pelajaran sebagai awal melangkah lebih baik ke depan.
Selama satu tahun mungkin kita tidak pernah merasa begitu banyak nikmat yang kita dapat. Bahkan kadang-kadang kita lupa bersyukur pada yang Maha Memberi. Kita tak jarang terlena oleh kebahagiaan semu yang mengakibatkan sikap apatis pada saudara-saudara kita yang lain, yang tengah dirundung duka sebab terlunta. Namun, meski demikian, atas kasih sayang Tuhan, kita masih diperkenankan merasakan nikmat sehat dan nikmat-nikmat yang lain, yang tak bisa kita hitung banyaknya, “wa in ta’uddu ni’mataLlahi la tuhsuha”. Maka, perlu kita renungkan lebih dalam makna sindiran Tuhan, “fa bi ayyi alai Rabbikuma tukadziban”. Sudahkah kita menyadari semua itu? Di tahun baru ini saatnya kita introspeksi.
Satu tahun yang lalu, mungkin apa yang kita harapkan tidak kita dapatkan. Mungkin apa yang kita impikan tidak bisa kita raih. Mungkin apa yang kita dambakan tidak pernah menjadi kenyataan. Dan mungkin berulang kali kita terjatuh, bahkan sempat terjerumus dalam lubang keterputusasaan. Tapi, di balik semua itu ada hikmah yang bisa kita petik. Tuhan pasti mendengar doa dan menghargai usaha kita. Bukan berarti ketika yang kita harapkan tidak kita dapat, Tuhan menyiakan kita. Tapi, hakikatnya kita telah mendapatkan yang terbaik, yang harus kita terima,yakni “kenyataan”. Tuhan pasti menganugerahkan yang terbaik kepada hamba-Nya yang berusaha dan berdoa. Semuanya tidak sia-sia. Tuhan tahu semua itu.
Ada Pepatah Arab mengatakan; Man asyraqot bidayatuhu, asyraqat nihayatuhu. Siapa yang memulai langkahnya dengan baik, maka kelak ia akan meraih masa depan yang cerah. Tentu demikian yang harus kita tanamkan dalam kalbu kita masing-masing. Hari ini menentukan masa depan kita kelak. Belajar dari masa lalu untuk melangkah lebih arif dalam hari-hari yang kita jalani agar kelak kita bisa menatap masa depan dengan senyum secerah mentari merakah. Semoga! Selamat tahun baru kawan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H