Mohon tunggu...
Iman Suligi
Iman Suligi Mohon Tunggu... Administrasi - pensiunan guru

guru, pustakawan, berkebun, membaca, musik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak-sajak Besar Kepala

25 April 2013   21:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:35 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Irna Permanasari

PEKERJAAN RUTIN YANG MENYEGARKAN PIKIRAN

Mengedit siang gerimis ini

Ribetnya bikin otak menari

Ina T Syamsuri

KETIKA RISAU DATANG MENYAPA DAN MERASUKI PIKIRANKU


aku termangu, membiarkannya datang
hingga terlupa waktu dan menepisnya pergi.....

Wan Fauriza

TERBAKAR DALAM RENGKUH MENTARI SIANG INI


Asa itu pun telah hancur
menjadi serpihan abu

Penyair Terhunus

AKU MEMBAYANGKAN SEDANG NAIK PERAHU DAYUNG MENGGUNCANG OMBAK KECIL TANPA DAYUNG HANYA DENGAN KEDUA TANGAN PERAHU DAYUNG KULAJUKAN HINGGA KE TEPI TANAH BEREBAH TERLENTANG TEMPAT KEKASIH HATIKU YANG KURINDUKAN SELAMA INI DI SEKITAR PULAU IMPIAN YANG TAK PERNAH KUJAMAH SEBELUMNYA KARENA PERJALANAN UNTUK SAMPAI KESANA TERLALU BANYAK RINTANGAN MENURUT AYAHKU BEGITU TAPI AKU TAK DAPAT MENAHAN GEJOLAK KERINDUAN YANG MENGHUNUS HATIKU SETIAP MALAM DIMANA BULAN DAN BINTANG MERAYUKU UNTUK BERCINTA MEMBUAT HAMPIR AKU TERGODA UNTUK BERSELINGKUH DENGAN SINARNYA YANG MEMANCARKAN BAYANGAN KEMESRAAN SEPASANG MERPATI DALAM KEGELAPAN PENUH KEMESRAAN NAMUN KESETIAANKU MENGALAHKAN SEMUA RAYUAN MEREKA YANG MELENAKAN PARA HATI YANG KESEPIAN DI TINGGAL KEKASIHNYA PERGI JAUH MERANTAU BERBATASKAN LAUTAN GELOMBANG ASMARA YANG HINGGA KINI MASIH KUNANTI BERSAMA RINDUKU DAN MELAJU PERAHU DAYUNGKU SEMAKIN CEPAT SEAKAN TAKUT WAKTU KIAMAT AKAN TIBA SEBELUM AKU MEMELUK KEKASIHKU DALAM PERTEMUAN DI PULAU IMPIAN


rembulan malam tenggelam
sadarkan aku dari mimpi di siang bolong

Bembeng Ka'em

DI ANTARA DUA BUKIT DI PANTAI PUGER, NELAYAN BERSAMA JUKUNG PERAHU BERCADIK MEMECAH OMBAK MENENTANG GELOMBANG, JIKA BENDERRA MERAH DI PUNCAK SUDAH DIKIBARKAN, SETIAP DETIK ADALAH HARGA MATI YANG TIDAK LAGI DAPAT DITUNDA

Gemuruh ombak melabrak dinding batu di pantai,

bagai orkestra tiada henti mengiris hati.

Ita Surojoyo

MATAHARI TENGGELAM DALAM DANAU TENANG MATAMU SEPERTI REMBULAN TENGGELAM DALAM BENTANGAN LANGIT PENUH AWAN PUTIH

Ketika bayangmu datang dalam bayang remang

bibirku menggumamkan doa smg matahari n rembulan tetap ada dimatamu tak peduli ketika ia redup asal mereka ttp tak beranjak

Laras Wati

KALA CINTA MENGGODA JIWA

Jarak yang membentang
Laksana kulit ari

Hendrini Astuti

KETIKA WAKTU TELAH HABIS DAN MALAIKAT IZROIL TELAH DATANG MENJEMPUT DENGAN SENYUM MISTERIUSNYA

kabut putih turun melingkar bagai tangga bidadari,

inikah gerbang jalan menuju-Mu yaa Rabb ???

Nasafi Tyan

KETIKA KAU DAN AKU DUDUK BERSANDING DITEPI SAWAH YANG HIJAU

Matahari singgah diufuk barat,

saat itu kupegang tanganmu.,

Nur Asiyah

PURNAMA MEREKAH DI ATAS SAMUDRA

lama tak berkisah
merona rindu di atas samudra malam

Rini S Imashuroh

DIANTARA  AKU,KAU,DIA,MEREKA,ORANGTUAKU,ORANGTUAMU,KOTA  KITA DAN NEGARA KITA


Sepandai-pandainya kita hidup
Jangan lupa doa dan silaturahim,peace.

Iman Suligi

TIBATIBA LANGIT TERBUKA, KEPINGAN BINTANG DAN PLANET SEBESAR MEJA BERJATUHAN, GUNUNG-BUKIT LARI BERKEJARAN DAN BERTABRAKAN.

Orang-orang pada bengong dan saling berpandangan
Saling bertanya satu dengan lainnya, Ada apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun