Mohon tunggu...
Iman Suligi
Iman Suligi Mohon Tunggu... Administrasi - pensiunan guru

guru, pustakawan, berkebun, membaca, musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Rimba yang Ingin ke Eropa

25 Februari 2021   10:41 Diperbarui: 25 Februari 2021   11:01 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Namanya Rayya Sri Sadana Salahuddin Al Ayyubi. Lahir : Selasa Kliwon, 14 September 2010. Sekolah : MI Muhamamadiyah 01 Watukebo.
Watukebo kawasan di desa Andongsari Ambulu dan tak jauh dari situ ada kawasan wisata Watu Ulo yang menjadi andalan kabupaten Jember.

Ibunya Ani, seorang guru dan ayahnya yang lulusan Fakultas Sastra adalah seorang pekerja seni baik sastra maupun senirupa.
Dengan latar belakang seperti itu, tak heran jika Rayya mewarisi bakat orang tuanya.

Prestasi akademik Rayya di sekolah juga hebat. Rayya selalu masuk 5 terbaik sejak klas 1 sampai kelas 4. Kegemarannya membaca yang luar biasa menjadi kan Rayya diangkat menjadi Duta literasi MI dari Jember dan mendapat kesempatan tampil dalam pameran literasi Madrasah yg diselenggarakan Kemenag Jatim. Dua kali mengikuti festival kartun internasional di Magelang dan Jakarta; menjadi peserta terkecil.

Awalnya secara berkala Rayya adalah pengunjung TBM Kampoeng Batja di Jember. Sekarang ayahnya, Gunawan berhasil mewujudkan TBM sendiri yang diberi nama RIMBA WATUKEBO. Tidak banyak taman baca mandiri, dan boleh jadi Rimba Watukebo adalah satu-satunya disana. Meski koleksi bacaan belum cukup banyak, seperti taman baca pada umunnya disitu juga menjadi tempat anak-anak belajar.

Kegemaran membaca menjadi inspirasi dari karya-karya Rayya dengan menggambarkan imajinasi yang lintas dunia. Kekayaan imajinasi Rayya itu tak pelak lagi berkat bacaan bacaan yang beragam, buku cerita bergambar yang dikonsumsinya. Ketika ditanya apa keinginannya, dengan sigap Rayya menjawab pameran keliling dunia.

Tiba tiba ingatan saya kembali ke dua sosok unik yang pernah kutemui yakni Vio dan Lini. Saat ini mereka adalah sosok dewasa dan salah satunya adalah seorang dosen. Sosok berbakat yang luar biasa. Sempat mengamati cara kerjanya saya melihat mereka menyimpan sketsa sketsa eksperimen di lacinya. Vio menunjukkan penemuannya membuat efek efek yang diciptakan dengan alat gambar di lacinya.
Sementara Lini, yang terlahir dari keluarga pelukis sempat berkolaborasi dengan musikus Abdul Syukur dalam karya mereka yang berjudul Parentheses.

Pendidikan Senirupa di sekolah sebagai alat pendidikan memang bukan ditujukan membentuk anak menjadi seniman, karenanya hendaknya lebih diarahkan pada mengakomodasi kebutuhan berekspresi pada pameran, baik lewat memajang karya di kelas, selasar, majalah dinding. Selain mendorong tumbuh kembangnya kreatifitas hal itu juga akan menumbuhkan kemampuan mengapresiasi.

Jember. Cita-cita : Seniman (Komikus). Dia selalu bicara pada ibu dan adiknya bahwa ia akan pameran keliling Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun