Mohon tunggu...
Iman Suligi
Iman Suligi Mohon Tunggu... Administrasi - pensiunan guru

guru, pustakawan, berkebun, membaca, musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asyiknya Menggambar dengan Kapurtulis

2 Juli 2016   07:40 Diperbarui: 2 Juli 2016   08:53 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kuliah di jurusan senirupa FKIP IKIP dulu ada matakuliah menggambar papan tulis. Matakuliah ini perlu disajikan karena jurusan ini mempersiapkan mahasiswa nantinya menjadi pengajar senirupa di sekolah. Tentu saja kemampuan ini diharapkan akan dapat membantu mereka dala menjalani tugasnya. 

Dulu para guru dipersiapkan melalui pendidikan guru di SPG ( Sekolah Pendidikan Guru) yang setara SMA. Umumnya para guru produk SPG atau SGA atau SGB memiliki ketrampilan menggambar atau menyanyi. Guru SR saya kelas enam, pak Maksum gambarannya bagus. 

Beliau dulu juga sering menugasi saya menuliskan teks lagu dengan notnya sekali di papan tulis, sesudah itu kami diajar menyanyi. Yang saya tulis di papan yang masih saya ingat saat ini ( sekarang usia saya 66 tahun) lagu gubahan Surni Warkiman berjudul Amboina.

Sekarang kapurtulis tergusur spidol, papantulis digantikan whiteboard. Konon sebenarnya kapur lebih sehat ketimbang spidol yang mengandung thinner itu. Dan gurupun nampaknya tidak trampil menggambar dengan spidol. Spidol tidak murah dan akan merepotkan menyediakan spidol warna warni. Kapurtulis tersedia warna-warni memungkinkan penggunaan warna di papan tulis lebih "colourfull".

Sebenarnya banyak nilai didik yang didapat dengan menggunakan kapurtulis sebagai media menggambar, terutama untuk pra sekolah dan sekolah dasar. Dengan kapurtulis anak-anak diaktifkan motorik halusnya, selain jari dia bisa menggunakan telapak tangan saat menggambar. Dengan bimbingan yang tepat, anak bisa mengekspresikan diri dengan media secara leluasa. 

Mengapa kapurtulis seyogyanya dihidupkan lagi untuk pembelajaran di sekolah, terutama Paud/TK dan SD?  Tidak semua sekolah mempunyai guru yang berlatar belakang Pendidikan Senirupa dan memahami asas pendidikan senirupa yang sesungguhnya, yaitu Education Through Art. Bahwa aktifitas seni (rupa) pada hakikatnya adalah media pembentukan anak lewat olah seni, bukan ketrampilan semata. 

Disana proses adalah penting disamping hasil. Kita saksikan betapa bersemangatnya para guru untuk memenangkan siswanya dalam lomba mewarnai , misalnya. Dan tak jarang terjadi hanya anak-anak tertentu yang dilatih secara optimal untuk tujuan itu.

Pendidikan Senirupa adalah hak setiap siswa, menurut hemat saya menyelenggarakan pameran kelas yang melibatkan semua siswa lebih edukatif ketimbang keikutsertaan dalam lomba. Walaupun itu juga punya arti tersendiri.

Kapur tulis murah, bisa dieksplorasi dengan leluasa. Media papan tulis juga tidak mahal bisa dibuat dari tripleks atau karton yang dicat dengan cat tembok.  

Bagi orang dewasa menggambar papan tulis ini juga bagus untuk kegiatan mengasah diri. Melalui cara ini kepekaan artisitik, dan intuitif dilatih. Mau mencoba?

redmoon-577707dfaf7e610132e1e8ce.jpg
redmoon-577707dfaf7e610132e1e8ce.jpg
arus-mudik-577704cf927e61830efaa047.jpg
arus-mudik-577704cf927e61830efaa047.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun