"Pak, Pasar Picung bener lewat sini?"
"Iya, bener, tapi masih puluhan kilo lagi teh"
Hari itu kami hendak menjeput asisten rumah tangga kami di Desa Ciodeng, Pandeglang, Banten. Untuk sampai ke desa Ciodeng, kami seharusnya melewati Pasar Picung. Perkelanaan saya untuk mencari desa Ciodeng membawa kami sedikit tersasar. Oleh karena itu, kami bertanya kepada orang di jalan, apakah benar jalanan ini akan sampai ke Pasar Picung.
Sebenarnya, perjalanan kami selama tersasar ini hanya menempuh jalan sejauh 15 km (kira-kira). Namun, bagaimana bapak-bapak tadi tidak mengatakan puluhan kilometer kalau ternyata kami masih harus melalui lahan pertanian dan perkebunan kelapa sawit nan luas dengan kondisi jalanan yang sedemikiannya.
Melewati perkebunan kelapa sawit, sesuatu yang benar-benar tidak saya duga. Biasanya, perkebunan kelapa sawit yang saya tahu terletak di Pulau Sumatera, Kalimantan, ataupun Sulawesi. Bahkan, setahu saya, ada juga yang di Papua. Oleh karena itu, heran benar ketika tahu ada perkebunan kelapa sawit milik PTPN nan luas di daerah Banten, alias Pulau Jawa. Setahu saya juga, kebun sawit menyerap banyak air. Nah, kebun sawit yang saya jumpai ini tidak jauh dari lahan pertanian. Herannya saya, kok tidak ada waduk atau sungai besar yang dapat memastikan pasokan air kalau-kalau sedang ada kekeringan yang menyebabkan lahan pertanian bisa menjadi gagal panen?
Yang namanya daerah perkebunan kelapa sawit, beberapa truk besar saya lihat melintasi jalanan yang kami lalui. Ntah apakah benar karena faktor adanya perlintasan truk, atau memang karena biaya infrastrukturnya yang kurang, atau bagaimana lah saya tidak paham, jalanan yang kami lalui jadi jelek sekali. Sepanjang 15 km, 90% nya memiliki jalanan seperti ini. Jalanan sepanjang 15 km itu tentu tidak hanya kita jumpai perkebunan kelapa sawit, tetapi ada juga rumah penduduk dan lahan pertanian.
Rendahnya kualitas infrastruktur di sini tentu menghambat distribusi padi dan hasil kebun di kawasan itu. Padahal, boleh dibilang, 90% jalanan yang kami lalui sepanjang 15 km itu adalah perkebunan kelapa sawit dan lahan pertanian. Sedihnya saya bertambah ketika melihat masih banyak rumah yang terbuat dari anyaman bambu di daerah sana.
Saya lupa kecamatan apa saja yang saya lalui. Yang jelas, perjalanan penuh penderitaan kami berakhir setelah sampai di Kantor Kecamatan Picung, dan bermula dari kantor Desa Sukalangu, Kecamatan Sakeli. Iya, begitu sampai Kantor Kecamatan Picung, jalanannya bagus bingits.