Di sebelah kiri saya, ada Nana, dan di kanan saya ada Mumu. Anak kecil itu, nggak ada meteor jatoh atau tornado, bisa tiba-tiba berantem. Serius.
"Miss... itu mis.. Mumu sekarang jahat bangeet"
"Iiih.. kamu.. apaan.. nggak... dia duluan miis"
Heu, kalian, paling juga beberapa detik lagi baikan..
Â
"Nggaak, selamanya aku nggak mau temenan lagi sama Nanaa. Di sekolah juga ada tuh miss yang jahat. Masa aku pernah dijailin"
"Iya tuh miss. Si anu, nakal banget.. Aku juga pernah dijailin"
"Waktu itu si itu pernah dijailin sama si anu juga kan? Duh, mis. Bandel banget daah"
Dalem hati, heu. Bener kan, cuma beberapa detik kalian berantemnya ._.Â
Seringkali, saya lupa kalau mereka masih kelas 1 SD. Kritis banget. Saya cerita soal tokoh yang saya buat, mereka nanya hal yang saya nggak duga, di luar cerita. Mereka juga suka bikin negosiasi, mau ngerjain latihan soal sedikit, tapi kompensasinya dikasih PR banyak. Suka berimajinasi, katanya ada ufo di depan rumahnya. Atau, berperan seolah-olah mereka itu arsitek, "Miss.. harusnya disebelah sini di bikin kolam renang.. di situ dikasih pager.." Kadang juga, bertanya seperti seorang scientific, "Emang, kalau cabainya diambil dari pohonnya, bisa numbuh lagi, miss?
Nggak jarang, mereka suka membingungkan definisi yang seringkali diabaikan sama orang dewasa. Misalnya, ketika saya bercerita bahwa lampu pertama kali ditemukan oleh Thomas Alfa Edison. "Miss.. saya bingung, jadi, lampu itu ditemukan atau diciptakan?" Jreeng. Aduh, kalian, masih kelas 1 SD saja kritis bangeet. Padahal mereka bukan sekolah di kelas internasional, tapi dipinggiran kota Jakarta dan Tangerang. Hehe.Â