5.Rencana Melarikan Diri
Usai makan, kami digiring kembali ke penjara. Makanan disini, sangat tidak layak makan. Rasanya tidak karuan. Bahkan bisa disamakan dengan makanan hewan.
Berbeda jauh dengan makanan yang selalu dimasak oleh Wira. Biarpun masakan yang dibuat Wira kadang-kadang rasanya aneh, namun masih bisa dimakan. Kini aku tahu bagaimana rasanya makan makanan yang tidak layak seperti para gelandangan.
Dalam penjara, kami hanya disediakan sebuah wastafel dan sebuah kloset. Yang keduanya terlihat sangat kotor dan tidak layak pakai. Disini, kami diperlakukan tidak seperti manusia. Kami diperlakukan layaknya binatang. Kami bahkan tidak ada kesempatan untuk mandi.
Malam dan siang, tidak bisa dibedakan. Setiap waktu, tiga buah lampu TL terus-terusan menyala tanpa henti. Untung saja, jam tanganku digital. Jadi, kami bisa menentukan kapan waktu shalat.
Pukul 18.15
Kami hendak melakukan shalat berjama’ah. Air dari wastafel masih bisa mengalir dan masih bisa dipakai. Syukurlah, Allah selalu mempermudah jalan bagi hambanya yang ingin beribadah. Shalat dilakukan dengan hikmad. Tidak terdengar sedikitpun bunyi. Bahkan suara dari penjaga juga tidak terdengar.
Shalat usai, kami sedikit berbincang untuk menghilangkan kebosanan.
“di. Sudah berapa lama kau disini?” tanyaku memulai pembicaraan.
“sekitar setahun mungkin. Aku sudah tak ingat berapa lama aku terdampar di tempat terkutuk ini!” logat bataknya sangat kental.
“apa kau tahu bagaimana cara melarikan diri dari tempat terkutuk ini?” tanya Wira.
“kalau aku tahu, sudah lama aku keluar dari penjara ini! Bodoh kali dikau!”
“apa kau pernah dibawa keluar dari sini?”
“pernah satu kali. Waktu itu, aku dan seluruh tahanan disini, disuruh untuk mengangkut sebuah muatan besar. aku tak tahu apa yang mereka bawa. yang jelas, ada gambar radioaktifnya. Kami melihat matahari hanya sekitar 1 jam setelah itu, kami kembali lagi ke tempat ini.”
“masih ingat jalan keluarnya?”
“tentu saja. Apa yang kau rencanakan? Mau kabur ya?”
“ya. aku masih ingat bagaimana caranya kabur dari penjara. Aku sering melihatnya di film.”
“BODOH! Apa kau tak tahu, mereka semua bawa senapan. Kau mau mati konyol disini?”
Tiba-tiba, empat orang penjaga datang dan mengomel.
“HEI! JANGAN BERISIK!”
Kami diam, dan menuruti apa yang dikatakan oleh penjaga.
Setelah mengomel, ia langsung pergi bersama ketiga temannya. Dipinggangnya tergantung sebuah gantungan kunci dengan banyak sekali kunci yang menggantung.
Akan tetapi, yang aku bingung, mereka terus saja memandangi kami dengan pandangan yang aneh. Sulit digambarkan atau lebih baik jangan. Hal ini, menguatkan prasangkaku kepada keempat penjaga itu.
TREEETTTT!!!!!
Tiba-tiba saja, bel berbunyi dengan kencang.Edi langsung berdiri mendengar suara bel itu.
“ada apa ini di?” tanyaku pada Edi.
“biasanya kita disuruh kerja bakti membersihkan ruangan-ruangan. sebaiknya kalian juga berdiri dan bersiap untuk kerja bakti.”
Kami mengikuti perkataan Edi, dan berdiri. Tidak lama, seorang penjaga yang tadi datang, dan membuka pintu jeruji kami. namun, tidak seperti saat makan, kami tidak diborgol. Mungkin agar kami bisa leluasa bekerja.
Kami keluar penjara, dan diberikan sebuah lap dan sapu ijuk. Kami berempat diperintahkan untuk membersihkan ruang makan. Disana, kami bertemu dengan teman-temannya Edi lagi. saat aku sedang menyapu, aku tidak sengaja bertemu dengannya lagi.
“hei. Apa kabar.” Tanya pria teman edi ramah
“alhamdulillah.....”
“masih memikirkan cara untuk kabur?”
“aku masih agak bingung memikirkan cara untuk lolos dari tempat terkutuk ini.”
“aku akan sedikit beritahu satu hal. Pintu keluar berada tiga lantai dari sini. Disana, dijaga oleh banyak sekali penjaga bersenapan mesin. Nah...aku sudah memberikan gambarannya sekarang kau pikirkan caranya.”
“kau juga ingin kabur?”
“bodoh! Siapa yang tidak ingin kabur dari tempat yang hina ini. Apa lagi, kita tidak punya kesalahan yang membuat kita pantas berada disini.”
“ngomong-ngomong, siapa namamu?”
“panggil saja Husin.”
Tiba-tiba, seorang sipir memanggil. Seorang sipir berbadan besar, kekar dan berkumis tebal.
“hei kalian berdua! Kemari sebentar.” Ia menunjuk diriku dan Husin.
Aku dan Husin menghampiri sipir itu.
“kalian bersihkan gudang senjata dan ruangan rapat. Letaknya tiga lantai dari sini. Kalian pasti bisa menemukannya karena dipintu sudah ada tulisannya. Sekarang cepat kerjakan!” perintah sipir berkumis tebal.
Kami lalu melangkahkan kaki menuju gudang senjata untuk membersihkan tempat itu. kami berdua, menaikki tangga sampai menuju tempat tersebut. Saat kami sudah sampai diatas, suasananya sangat berbeda. Udara terasa sejuk karena ada AC. Lantai terlihat sangat mengkilap.
Kami melangkahkan kaki menuju sebuah ruangan dengan tulisan gudang senjata. Beberapa saat mencari, akhirnya kami menemukannya. Tepat lima pintu dari gudang senjata, ada ruang rapat. Disebelah kanan, tepat delapan pintu, ada sebuah ruangan dengan logo radioaktif.
Kami tiba di depan gudang senjata.
“ah...kita lupa kuncinya.” Ucap Husin.
“alamak....bagaimana ini?! Capek naik turun begini.” Keluhku sambil menyandarkan diri ke pintu gudang.
Kreek.....
Tiba-tiba pintu terbuka sendiri. Aku bingung. Kenapa gudang senjata sama sekali tidak dikunci atau setidaknya dijaga?. Mungkin karena mereka tahu sedang ada pembersihan.Atau mungkin mereka terlalu malas untuk menjaga atau mengunci pintu gudang senjata? Ah...biarlah aku sama sekali tidak peduli.
Kami membuka pintu, dan masuk ke dalam gudang.
“Asstagfirullah.....apa-apaan ini?” Husin kaget ketika melihat gudang senjata yang penuh dengan senjata-senjata hebat dan amunisi yang super banyak.
“jangan-jangan apa yang dibilang oleh professor patrick benar. Dalam waktu dekat, akan diadakan sebuah perang besar. Armageddon...” ucapku yang juga kaget dan langsung teringat dengan kata-kata professor Patrick.
Aku menutup pintugudang senjata.
Saat pintu gudang tertutup, aku dan Husin menelusuri gudang senjata yang luasnya mungkin sepuluh kali lipat kontrakanku. Aku begitu terkesima dengan apa yang aku lihat. Senjata dan amunisi dimana-mana. entah berapa biaya yang dihabiskan untuk ini semua.
“AK-47, M14A Carbine, P90.” Ucapku tanpa sadar.
“kau tahu banyak soal senjata api rupanya.”
“ah...tidak juga. Aku sama sekali tidak tahu menahu soal senjata.”
“lalu, tahu dari mana nama senjata-senjata itu?”
“ada tulisannya....” jawabku singkat sambil menunjukan tulisan nama-nama senjata api itu.
“ah..kukira kau tahu banyak soal senjata api. Ah..sudahlah kita bersihkan saja.”
“apa yang mau dibersihkan?! Lantainya mengkilap seperti ini. Lebih baik kita santai-santai saja dulu.”
“nanti ketahuan sipir bagaimana?”
“kalau sipir datang, kita pura-pura kerja. Ya kita sedikit mencontoh PNS yang kerjanya malas-malasan Dan sering bolos”
“hahahaha bisa saja. Heh...bagaimana apa kau sudah bisa menemukan cara buat kabur?”
“belum. Yang kulihat, penjagaannya ketat. Dan aku yakin diluar pasti dipasang pagar besi yang tinggi.”
KREEEK....
Tiba-tiba pintu gudang senjata terbuka.
Kaget, aku langsung pura-pura menyapu lantai. Husin langsung pura-pura mengelap senjata. (tolong jangan ditiru. Mangkir kerja itu tidak baik)
Terdengar suara langkah kaki dari arah pintu masuk. Dari yang kedengarannya, bisa dipastikan. Itu adalah langkah kaki sipir. Kami berdua terus pura-pura kerja sampai akhirnya sipir itu menghampiri kami berdua.
“setelah ini, kalian bersihkan ruang rapat. Ah iya kalian juga nanti harus membersihkan ruang reaktor.”
Kami mengangguk tanda mengerti.
Dalam hati, ada pikiran untuk mengambil senjata api dan menembakannya ke sipir itu. namun, aku masih pikir-pikir kalau sampai ketahuan, bisa gawat. Nyawaku juga bisa tamat nantinya.
Lebih baik kucari solusi untuk kabur yang lebih baik. Dan sebaiknya cepat. Kalau tidak, aku bisa dijadikan tumbal untuk dewa mereka, yang buatku hanya setan yang terkutuk.
***
Kami keluar dari gudang senjata, dan pergi ke ruang rapat. Sampai didepan ruangan, tiba-tiba pintu terbuka sendiri seperti di Mall. Kami masuk, dan melihat-lihat. Apakah ruangan ini benar-benar harus dibersihkan atau tidak.
Setelah masuk, kuperhatikan ada setumpuk kertas. Kuambil salah satunya dan kubaca. Ternyata ini adalah daftar orang yang akan dijadikan tumbal. disana, terpampang jelas ada nama, tanggal lahir, alamat dan foto. Tanggal lahir di urutkan dari 1 Januari sampai31 Desember.
“hei apa itu?” tanya Husin.
“lihat saja sendiri.” Jawabku singkat.
“hei lihat! Ada fotomu disini.” Ia mengambil secarik kertas dengan fotoku disana. Dan ada tanda silang di fotoku. Apakah itu tandanya orang yang fotonya sudah disilang, sudah ditangkap?
Kuambil semua data yang berhubungan denganku, dan kedua temanku. Setelah itu, aku mengambil data dari tumbal tanggal 25 Desember. Kuambil dan kusimpan di balik celanaku. Ditaruh dikantung tidak akan muat dan pasti ketahuan.
“hei. Apa yang kau lakukan?”
“ini adalah data dari tumbal tanggal 25 Desember. Aku ambil ini, siapa tahu aku bisa menghentikan acara pengorbanan manusia untuk setan ini.”
“niatmu itu bagus. Akan tetapi, kita harus lebih dahulu memikirkan cara keluar dari sini.”
“aku ingin menghentikan ini, karena aku juga akan dijadikan tumbal!”
“nak, sial sekali nasibmu. Semoga ALLAH mengampuni dosamu. hahaha”
***
Kami berada di ruang reaktor. Disana, ada sebuah reaktor pembangkit energi. Dan ukurannya sangat besar.
“seandainya meledak, pasti sangat dahsyat.” Ucapku tanpa sadar.
“Nah!! Itu dia! Kita hancurkan saja reaktor nuklir ini untuk kabur!”
“GILA! Kalau diledakan, kita juga bakal tewas! Bukannya lolos, malah disidang malaikat nanti.”
Kuperhatikan lantai, ternyata tidak ada yang perlu dibersihkan lagi. namun, kali ini aku tidak mau berlama-lama didalam ruangan ini. Disini sangat panas. Mungkin dua kali panasnya jakarta saat matahari sedang terik atau bahasa gaulnya neraka bocor. Tentu saja panasnya neraka jauh lebih panas dari pada panasnya ruangan ini.
Kami keluar dari ruangan yang panasnya bukan main.
Kami berjalan menuju sel kami yang ada dibawah. Namun, perjalanan kami tertunda dengan sebuah kejadian yang sangat menjijikan. Kami berdua melihat seorang penjaga yang sering ke selku sedang bermesraan.
“Asstagfirullah!!!!” aku kaget dan menutup mata.
“ada apa?” tanya Husin
“kau lihat saja sendiri.” Jawabku sambil terus menutup mataku. Kalau terus-terusan melihat hal seperti ini terus, mataku bisa sakit.
Ia bermesraan dengan seseorang yang tidak tepat. Karena itu, aku sangat jijik melihatnya. Sungguh hina, dan tidak menyukuri nikmat yang diberikan oleh ALLAH. Sudah ada makhluk yang cantik, manis dan indah seperti perempuan. Tapi kenapa masih saja salah jalur? Jeruk makan jeruk. Apa Kata Dunia?!
“La’ila’ha’illaulah!!!” responnya tidak jauh berbeda denganku.
“tak tahan aku melihat yang begini. Rasanya aku mau muntah!”
Dunia sudah hampir mendekati akhir alias kiamat. Tempo hari aku sudah melihat pria jadi wanita, pernah juga aku melihat di Tv ada yang ganti kelamin, ada juga yang sampai menikah sesama jenis di belanda.
Masyaallah.....berilah hamba-hambamu ini petunjuk. Agar kami tidak tersesat di duniamu yang fana ini.
Melihat apa yang sedang mereka lakukan, jujur saja aku ingin muntah. Namun, hal itu juga yang membuatku mendapatkan sebuah ide untuk kabur dari penjara hina ini.
***
Pukul 22.00
Di dalam Sel
Kami berempat sedang duduk diatas lantai yang kotor dan sama sekali tidak pernah dipel atau disapu. Disana, aku teringat dengan sebuah ide gila yang akan ku beritahukan kepada teman-teman agar bisa lolos dari sini.
“hei kalian semua. Sini sebentar.” Panggilku kepada Latief, Wira dan Edi.
“ada apa?”
“aku ada ide untuk kabur.”
“hah?! Yang benar!” ucap Wira kegirangan.
“hei kalau kau berencana untuk menerobos keluar, lupakan saja. Kau akan mati konyol nanti.” Edi mencoba memperingatkan.
“oh tenang saja. Cara ini sama sekali tidak memerlukan kekerasan.”
“serius kau?! Coba katakan apa rencanamu. Aku sudah tidak betah disini.”
“akan tetapi, cara ini mungkin kalian akan berat melakukannya.”
“apapun itu, akan kulakukan!” ucap Wira dengan yakin.
“ya aku juga.” Latief juga setuju
Karena semuanya setuju, aku akan langsung menjelaskan rencana gilaku untuk kabur pada mereka bertiga. Jujur saja, rencana ini sangat tidak aku sukai. Bukan karena kekerasan akan tetapi, karena cara melakukannya yang siapapun pasti tidak akan mau melakukannya.
“kalian siap? Rencana ini mungkin akan sedikit tidak menyenangkan.”
“Alamak....cepatlah apapun itu, akan kulakukan.” Edi tidak sabar.
“jadi begini. Tadi, aku melihat penjaga yang sering kesini sedang bermesraan.”
“biasa saja bukan?” potong Edi.
“ia bermesraan dengan laki-laki!”
“Ergh...” Wira ingin muntah.
“belum apa-apa sudah mau muntah. Katanya sudah siap?” Ejekku pada Wira.
Kuperhatikan, Latief mulai menjauh. Ia sangat enggan membicarakan hal-hal yang sangat ia tidak sukai.
“hei teruskanlah kau. Aku ingin dengar sampai selesai.”
“aku mengambil kesimpulan, bahwa mereka adalah kaumnya nabi luth.”
“bilang saja suka sesama jenis! Gitu aja kok repot.”
“ya intinya begitulah!”
“lalu apa rencananya?” tanya Edi penasaran. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sudah tidak tahan ada disini.
“sebelumnya, aku mau tanya dulu pada kalian. Apa kalian mau melakukan apa yang kurencanakan? Kuberitahu saja ini akan sedikit menjijikan.”
“kalau aku, aku siap melakukan apa saja. Yang penting keluar dari sini.” Jawab Edi.
“kau bagaimana wir?” tanyaku pada Wira.
“yang penting keluar.” Wira menyetujui.
“nah, Kau bagaimana tief?”
“aku mau tahu dulu apa rencananya.”
“jadi ini rencananya. Kita tahu, mereka adalah kaum nabi luth. Nah, aku juga tahu mereka menyukai kita!”
Mendengar pernyataanku Wira badannya merinding.
“terutama kau tief. Mereka kelihatannya tergila-gila dengan wajah tampanmu.”
“jangan-jangan kau akan mengorbankanku ya?!” Latief menuduhku akan mengorbankan dirinya.
“Asstagfirullah!! Aku tidak akan mengorbankan siapapun! Terutama kau. Teman macam apa aku ini kalau sampai mengorbankan teman sendiri? Aku lebih suka jadi tumbal dari pada mengorbankan teman sendiri.”
“oh..maaf. lanjutkan.”
Aku langsung melanjutkan presentasi rencana untuk kabur.
“kebetulan, ada empat orang yang seperti itu. jadi, kita akan mencoba untuk merayu mereka dan mencoba agar mereka mau mengajak kita keluar dari sini.”
Aku mengambil sebuah batu bata.
“setelah diluar, kita pukul kepala mereka dengan ini. Untuk berjaga-jaga, kita ambil pakaian mereka, dan taruh mereka dalam sel kita. Setelah itu, kita kabur diam-diam sebagai seorang penjaga. Singkat kata, kita tukar posisi dengan mereka.”
“Heh! Idemu itu hebat tapi menjijikan! Apa lagi bagian yang merayu. Baiklah aku setuju.”
“apa tidak ada cara lain?” tanya Latief yang gemetaran karena jijik. Latief adalah orang yang sangat perasa. Seumur hidup, ia bermesraan dengan perempuan saja tidak pernah. Apa lagi, dengan laki-laki.
“kalau mau keluar, ya cuma ini jalan satu-satunya. Jujur saja, aku juga tidak mau melakukan hal seperti ini. Kau tinggal pilih saja, mau jadi tumbal atau ikuti caraku.”
Pada akhirnya, Latief menyetujui saranku untuk melakukan ide gila ini. Meskipun dalam hati, ia sangat tidak mau melakukannya. Sama halnya denganku dan Wira. Mungkin saja, setelah melakukan aksi gila ini, kami akan muntah-muntah. Meskipun hanya sekedar merayu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H