Lalu, bagaimana solusinya?
Pertama, perlu ada program literasi digital yang dirancang khusus untuk orang tua. Program ini harus sederhana, praktis, dan relevan. Misalnya, workshop komunitas yang mengajarkan cara menggunakan aplikasi pengawasan anak atau tips menjaga keamanan data pribadi.
Kedua, sekolah dapat menjadi mitra strategis dalam meningkatkan literasi digital orang tua. Guru bisa mengadakan sesi edukasi untuk orang tua setiap bulan, membahas tren teknologi terbaru yang relevan dengan anak-anak.
Ketiga, platform daring seperti YouTube atau TikTok dapat dimanfaatkan untuk membuat konten edukasi yang ramah orang tua. Konten seperti "5 Tips Mengawasi Anak di Dunia Digital" atau "Cara Mudah Memblokir Konten Negatif" pasti menarik dan bermanfaat.
Epenkah Cupentoh?
Pada akhirnya, literasi digital untuk orang tua adalah kebutuhan, bukan pilihan. Jadi, epenkah cupentoh? Jawabannya, tentu saja, "penting toh!". Sebagai orang tua, kita tidak perlu menjadi ahli teknologi, tetapi kita harus cukup paham untuk menjadi pendamping yang bijak bagi anak-anak kita di dunia digital. Dengan literasi digital yang memadai, orang tua dapat menjembatani kesenjangan generasi, melindungi anak dari risiko dunia maya, dan memastikan teknologi menjadi alat yang mendukung, bukan menghancurkan.
Mari mulai dari langkah kecil, seperti belajar bersama anak atau mengikuti workshop komunitas. Siapa tahu, di tengah perjalanan, kita tidak hanya menjadi lebih paham teknologi, tetapi juga lebih dekat dengan anak-anak kita. Karena di era digital ini, belajar itu tidak ada batas usia, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H