Peran Milenial dan Zoomers juga tidak dapat dilepaskan dari tantangan sosial. Di tengah tekanan globalisasi, disrupsi teknologi, dan kompetisi kerja yang semakin ketat, kesehatan mental menjadi isu krusial. Menurut laporan Kementerian Kesehatan (2022), sekitar 20% generasi muda di Indonesia mengalami risiko gangguan kesehatan mental, mulai dari depresi hingga kecemasan.
Kondisi ini menjadi ancaman tersendiri bagi produktivitas dan potensi generasi muda. Jika tidak ditangani dengan serius, visi Indonesia Emas dapat terganggu oleh ketidakmampuan generasi produktif untuk berkontribusi secara optimal. Oleh karena itu, perhatian pada kesehatan mental harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan manusia. Program dukungan psikologis, pelatihan pengelolaan stres, hingga penguatan komunitas berbasis solidaritas sosial adalah beberapa solusi yang bisa diinisiasi.
Kepemimpinan dan Kolaborasi Antar-Generasi
Meskipun Milenial dan Zoomers menjadi dominan dalam peta demografi 2045, mereka tidak akan bergerak sendirian. Transformasi bangsa membutuhkan sinergi lintas generasi. Generasi yang lebih tua, dengan pengalaman dan kebijaksanaannya, dapat menjadi mentor dan pengarah bagi Milenial dan Zoomers yang memiliki keberanian untuk berinovasi. Di sisi lain, generasi muda harus terbuka untuk belajar dan menghormati nilai-nilai yang telah dibangun oleh pendahulu mereka.
Dalam konteks kepemimpinan, Milenial sudah mulai mengambil alih posisi strategis di pemerintahan, bisnis, dan organisasi masyarakat. Sementara itu, Zoomers akan menyusul dengan membawa pola pikir yang lebih inklusif, adaptif, dan berbasis data. Kombinasi ini, jika dikelola dengan baik, dapat menciptakan model kepemimpinan baru yang responsif terhadap tantangan zaman.
Komitmen terhadap Pemerataan
Salah satu visi utama Indonesia Emas adalah menciptakan pemerataan pembangunan. Dalam hal ini, Milenial dan Zoomers memiliki peran unik sebagai generasi yang lebih terbuka terhadap keragaman. Dengan akses informasi yang meluas, mereka memiliki kesempatan untuk memahami kompleksitas tantangan di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari kemiskinan di daerah tertinggal hingga urbanisasi yang tidak terkendali di kota-kota besar.
Namun, komitmen terhadap pemerataan ini membutuhkan pengorbanan. Generasi muda harus berani meninggalkan zona nyaman untuk berkontribusi di wilayah-wilayah yang kurang berkembang. Misalnya, program redistribusi tenaga kerja dan peningkatan kapasitas lokal harus melibatkan partisipasi aktif Milenial dan Zoomers. Dengan mendukung pembangunan di daerah terpencil, generasi muda tidak hanya membantu menciptakan pemerataan, tetapi juga memperkuat integrasi nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H