Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi yang Tersesat

28 Februari 2015   15:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:22 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Jalan matahari belum sepenuhnya terbuka

Namun kaki waktu telah terantuk teramat jauh

Ia terserak keruh di hampar kesunyian

Sendirian termangu dalam kumparan rindu

(2)

Kadang waktu menyongsong lari terlalu dini

Ia perangkap hasrat diantara peluh yang membasuh

Meninggalkan semua gelora desah nan berkabut

Maunya debar yang berkelok asa singgah sejenak

(3)

Pada gemerisik debu yang berpacu nafas ..

Pagi kehilangan jejaknya diantara sekat kabut diri

Terdapat sisa malam nan terjerembab kubang

Kiranya jalan matahari belum jua memecah celah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun