Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lukisan Kabut

30 Agustus 2014   18:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:05 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Kabut lagi cemberut,

Dirautnya semua yang terlihat dimatanya setajam pensil

Lalu dilukisnya wajah langit tanpa koma

Semaunya

(2)

Langit teduh itu diam,

Dibiarkannya wajahnya cabik terkoyak

Ia paham betul tabiat kabut yang gampang meledak dan bergejolak

Sejenak tentu berlalu

(3)

Kabut tak berpuas diri,

Ia tak sukai, inginnya membakar langit gagal terlampias

Lalu dengan kalap ditumpahkannya desah pada kejap yang berdenyut

Ia puas menggelinjang sendirian

(4)

Sesaat lengang menyergap,

Pikirnya pasti, tak ada lagi nafas liar yang menelikungnya diam-diam

Kini ia telah tuntas menyelesaikan ingin yang memaksa

Semuanya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun