Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Jendela Pagi

4 April 2015   07:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:34 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyongsong pagi (kfk.kompas.com/Aditya Nugraha)

(1)

Pagi telah membuka jendela maunya

Rumah hari segera terkuak luas membentang

Terdapat banyak pintu rejeki di sana

Pintu yang butuh usap mesra dan sapa bersahaja

(2)

Kadang jendela pagi tidak selalu ramah

Peluh yang telah tumpah membuncah tak jua bertaut

Pintu rejeki yang diketuk diam beringsut

Hanya bayang harap nan membuai saja tersua

(3)

Jendela pagi adalah cermin waktu

Waktu yang merupa sebagaimana ingin mewujud

Berlari menyongsongnya itu upaya mulia

Pada jemari ikhlas jua bertumpu semua kehendak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun