Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Istana Perak

31 Maret 2014   15:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Tiga puluh jurus berlalu begitu cepat,

Pendekar budiman hanya berkelit menghindar

Tebasan sepasang pedang kembar siluman bukit tengkorak menderu tajam

Nafsu membunuhnya telah membubung di ubun-ubun

(2)

Amarah siluman bukit tengkorak kian meradang ..

Ia merasa sangat dilecehkan,

Jurus tikaman tanpa bayangan andalannya, kiranya hanya menusuk angin

Sama sekali belum mampu melukai si pendekar budiman

(3)

Kini ia berancang-ancang merapal mantera,

Kedua belah tangannya tampak mengepulkan asap hitam

Siluman bukit tengkorak agaknya ingin segera mengakhiri pertempuran

Sejurus kemudian, deru kematian mengepung pendekar budiman

(4)

Ini adalah hari terakhir perburuan Istana Perak

Pertempuran berdarah sesungguhnya telah bermula berpekan yang lalu

Pendekar budiman segera mengerahkan hawa murni

Sekelebat sinar putih melingkupi tubuhnya yang tampak kerempeng

(5)

Duar ..

Ledakan dahsyat dua kekuatan tenaga dalam memecah hening

Siluman bukit tengkorak terhuyung, sepasang pedang kembarnya terpelanting

Mulutnya memuntahkan darah segar ..

(6)

Pendekar budiman kaget bukan kepalang,

Untung ia cepat melindungi dirinya dengan ilmu pamungkas langit-nya

Hingga untuk sementara ia terhindar dari kematian tragis

Pertempuran belum berakhir ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun