Carut-marut kondisi perpolitikan negeri sa’at ini membuatku jengah. Jati diri sebagai bagian terkecil dari rakyat yang berdaulat tengah terampas hak politiknya dengan keputusan Rapat paripurna DPR RI bahwa pilkada diputuskan melalui DPRD, langkah mundur yang menyesakkan dada.
Beruntung, Asian Games, pesta olahraga semua bangsa di Asia lagi berlangsung di Korea Selatan. Raihan sementara, satu medali emas dari ganda campuran pasangan bulutangkis kita, Greysia dan Nitya menjadi penyejuk dan pembangkit rasa nasionalisme yang kental bahwa aku bangga menjadi orang Indonesia.
Tidak berlebihan kiranya jika suasana kebatinan lagi gundah. Diluar kekisruhan politik, di negeri sendiri para koruptor tak henti berulah. Para pemulia negeri bergantian dicokok aparat KPK. Tak perduli walikota/bupati, gubernur atau pemangku masyarakat berjabatan tinggi lainnya. Mereka tak henti mempermalukan negeri dengan perilaku korupsi yang tercela.
Alamak! Ini negeri tak henti dirundung malang. Para pejabatnya berleha dalam kemewahan dengan uang yang diperoleh secara haram, sementara rakyatnya dibiarkan terlunta dalam balutan derita kemiskinan nan tak berujung.
Bulutangkis. Ya, bulutangkis menjadi penglipur lara. Para pahlawan olahraga tepak bulu angsa ini mampu tampil heroik, merekalah patriot murni pahlawan negeri yang berjuang pada level titik tertinggi di negeri orang mempertaruhkan kesejatian martabat bangsa. Mereka berlumuran keringat dengan tekad membaja mengangkat martabat bangsa.
Sungguh! Meski hanya menonton siaran langsung melalui layar televisi, di Incheon, Korea Selatanlah, aku merasa bangga menjadi orang Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H