Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Bertopeng

19 April 2025   00:20 Diperbarui: 19 April 2025   00:20 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melongok malam,
Wajahnya sumringah dibelah dipan
Di bawah parutan bedak tebalnya yang memucat
Bibir bergincu itu dilumat sunyi

Sesekali ada jeritan kecil menyeruak
Keratan waktu, seperti biasa menjepitnya diantara rebahan asbak
Ada tawa lepas yang terbelenggu
Tercekat diantara satu-satunya nafas yang tertinggal

Kadang, malam tak butuh dilongok
Dia telah biasa menelan luka
Bibirnya yang bergincu tebal itu seperti biasa kembali melumat desah
Membiarkan malam menjepitnya kembali pergi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun