Melongok malam,
Wajahnya sumringah dibelah dipan
Di bawah parutan bedak tebalnya yang memucat
Bibir bergincu itu dilumat sunyi
Sesekali ada jeritan kecil menyeruak
Keratan waktu, seperti biasa menjepitnya diantara rebahan asbak
Ada tawa lepas yang terbelenggu
Tercekat diantara satu-satunya nafas yang tertinggal
Kadang, malam tak butuh dilongok
Dia telah biasa menelan luka
Bibirnya yang bergincu tebal itu seperti biasa kembali melumat desah
Membiarkan malam menjepitnya kembali pergi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI