Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Viktor Axelsen

23 Januari 2024   13:41 Diperbarui: 23 Januari 2024   13:47 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertemuan dengan tokoh-tokoh besar dan ternama Indonesia, bagiku sudah biasa dan lmrah. Sebut saja bertemu dan makan malam bersama Pak Harto, presiden 32 tahun berkuasa di masa Orba, bertemu dan saling bertegur sapa sama Pak Jokowi, Presiden kita sekarang.

Namun kali ini berbeda, aku bersua dan ngopi bareng di rumahku siang hari ini, baru saja terjadinya bersama Juara Dunia Bulu Tangkis dari negara Denmark, Viktor Axelsen!!!

Sesungguhnya, aku setengah tidak percaya kok bisa-bisanya si Viktor yang ganteng ini datang bertandang di rumahku. Datangnya berpakaian komplit olah raga, lengkap dengan menjinjing sebuah raket bulu tangkis. Segera saja kami minum teh hangat bareng sambil bercengkerama di ruang keluarga sambil menonton televisi dan bersenda gurau.

Berikut aku cuplikkan sedikit bocoran obrolan kami yang baru saja berlangsung.

Apa kabar pak Gun? Sapanya mendahului.

Kabar baik Viktor, jawabku terkejut terlihat sangat raut wajahku menyiratkan ketidakpercayaan atas kehadirannya yang tiba-tiba itu.

Kapan datang di Indonesia dan apakah kamu mau minum secangkir teh hangat? Sergahku gugup dan dia mengangguk ramah bersetuju.

Aku begitu terkesima dan tak hentinya menatap wajahnya, masih tak percaya kok bisa-bisanya Viktor Axelsen yang kuyakini seperti tengah  bermimpi datang di rumahku siang ini.

Viktor Axelsen ini begitu cepat menghabiskan secangkir teh hangatnya, sambil berdiri lagi, akupun tentu menyusulnya menuntaskan sisa teh hangat yang masih bersisa separuh dalam cangkir yang kugenggam. Anehnya, si Viktor ini secepatnya menyambar cangkir kosongku sambil berkata,  biar aku saja yang membawa kedua cangkir ini turun ke dapur di lantai bawah.

Tentu saja aku kembali terkejut dibuatnya, belum sempat aku menjawabnya, Viktor Axelsen telah menghilang dari hadapanku.

Dan ketika kesadaranku pulih, kudapati aku berada di kamar tidurku tergolek meringkuk tanpa selimut dan kusaksikan istriku tengah khusuk menunaikan shalat Dzuhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun