Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kisah 7 Batang Pisang

27 Oktober 2023   10:34 Diperbarui: 27 Oktober 2023   10:49 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kisah 7 Batang Pisang

Tujuh batang pisang putri menyapa pagiku
Rimbun tubuhnya menghijau menghias pandang
Dua batang menjulang diantaranya: berbuah!
Jantungnya yang merah ramah menjuntai tanah

Pagi masih memekat diselimuti kabut asap, ketika
Pak Udin datang dengan peralatan tebasnya
Sebulan sekali beliau bertugas merapikan halaman
Dua puluh menit kemudian halaman-pun rapi  

Namun seketika ada yang berbeda dengan pisangku
Hanya lima batang pisang puteriku yang tersisa
Kiranya dua batang yang tengah berbuah telah rubuh
Kata pak Udin, istriku yang telah memotongnya

 

Isteriku yang berbenah kamar segera kuhampiri,  
Kenapa dua batang pisang yang berbuah muda ditebas?
"Terlalu rimbun ayah", jawab isteriku sambil senyum
Kiranya, kami berbeda definisi tentang kerimbunan ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun