Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Mang Pudin

25 Juni 2023   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2023   10:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi: Mang Pudin

Sepasang kaki tanpa alas itu sungguh taklah muda lagi
Terdapat guratan keriput di anak-anak betisnya yang kecil
Kulitnya yang mulai menua setia menangkap waktu ..
Berlarian dan berlompatan lincah diantara laju bus akap

Membincanginya hangat disela perhentian nan sekejap
Kutemukan bening jiwa yang mencurah ikhlas di matanya
Diantara jejeran tahu-tahu bungkus dan kerupuk kering,
Mang Pudin menyapaku ramah dengan senyum yang tulus

Sepasang kaki tanpa alas itu sungguh taklah muda lagi
Dua orang anak dan seorang isteri bernaung erat di betisnya
Tak kutemukan raut sengsara dalam sejuk kedua tatapnya
Deru bus akap tergelincir pergi ketika kusadari: hatiku nyeri

pada suatu ketika di sesaknya perhentian hari, 25 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun