Puisi: Masih tentang Kolong Tol
Tiang jemuran itu menghujam dalam pada cor-coran dinding tol berkarat
Leluasanya ia menggantungi sepotong BH putih yang kumal
Ada pula daster sobek dengan warna kuning kusam nan memudar, sepertinya ..
Mata yang telah terlanjur menempel di sana, seakan tak-lah lagi ingin beringsut pergi
Kolong tol, terdapat denyut nafas anak-anak kandung negeri di sana
Mereka menghisap oksigen dari kumpulan kardus bekas dan botol plastik
Jejeran gerobak reyot-pun tampak tegar tergolek menanti sang majikan menggeliat, selalunya ..
Bersama cucuran penatnya, ia setia menangkap terik matahari yang panas membakar
Tiang jemuran itu menghujam dalam pada coran dinding tol berkarat
Sepertinya, ia sengaja menggantung nasib jelata yang bernaung di bawahnya, selama-lamanya
Se-sekali keangkuhan jakarta datang melongok dengan lensa tajam reporternya yang cantik
Sekedar mengabarkan saja bahwa: di bawah tol yang gelap dan pengap itu, menggantung sepotong BH putih kumal dan sebiji daster tua yang sobek
sesekali masa melongok sesa'at, ibukota 24 juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H