Engkau mempersilakanku masuk, lengkap dengan
Senyum segar yang berbunga-bunga ..
Pintu itu engkau buka teramat lebar hingga cahaya matahari pagi yang masuk tampak berbinar di batas lantai mengilap
Ada dua kursi sofa dan
Vas bunga cantik dengan seikat mawar putih segar di meja rumahmu, kala itu
Masih kuingat sangat lekat kini:
"Di rumahku hanya ada satu pintu!" ucapmu meyakinkan lalu menjabat hangat tanganku seakan tak ingin lepas
Aku mengangguk setuju.
dan ..
Haripun berlari
Waktu dengan cepat terus berganti musim
Hari ini, ya pagi ini:
Aku kembali berada di rumahmu yang asri itu, kuketuk pintunya deg-degan
Kali ini aku datang tanpa memberi kabar namun dengan seikat mawar merah harum di genggaman
Tak ada sahutan, bersabar lalu
Kuketuk sekali lagi, kali ini dengan segenap sergap kecemasan pasti
Sunyi mendesir tiba-tiba ..
Kucoba membuka pintu dengan was-was
Alhamdulillah tidak berkunci, namun salamku tak bersahut sapa
Hanya kutemukan seikat mawar putih di atas meja nan berdebu, yang kini
Telah terkulai: Mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H