Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bang Dul dan Motor Bututnya

22 Februari 2023   15:29 Diperbarui: 22 Februari 2023   15:30 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bang Dul, seorang suami dengan keluarga sederhana, dia memiliki seorang isteri dan dua anak yang masih kecil. Setahun yang lalu bang Dul beralih profesi dari petani penggarap menjadi tukang ojek di tanah kelahirannya.

Penghasilan yang pas-pasan sebagai petani tanpa lahan, memaksanya putar otak demi untuk memenuhi kebutuhan tanggungjawab keluarga. Bang Dul tak banyak punya pilihan mengingat pendidikannyapun hanya sebatas tamat sekolah menengah saja.

Akhirnya bang Dul memilih profesi menjadi tukang ojek motor. Alhamdulillah, atas tambahan bantuan uang pinjaman dari kerabatnya, bang Dul akhirnya memiliki sebuah motor bekas yang masih layak pakai.

Berjalan satu tahun, penghasilan bang dul mengojek kiranya mulai berkurang. Biasanya dalam satu hari pul ngojek, bang Dul dapat membawa pulang uang lebih kurang duaratus ribu bersih dan bbm motorpun telah full tank buat ngojek esok hari. Namun sekarang-sekarang ini penghasilannya sehari-hari menurun drastis dan acap hanya membawa pulang uang kurang dari seratus ribu rupiah.

Atas ajakan seorang sohibnya sesama tukang ojek, bang dul tertarik untuk pindah ke kota besar berharap di kota besar tentu penghasilannya akan meningkat. "Keluargamu ditinggal aja dulu di kampung dan kamu untuk sementara waktu ikut denganku, kita tinggal di rumah milik keluargaku yang kosong di kota" bujuk seorang sahabat ngojeknya meyakinkan.

Akhirnya, bang Dul setuju dan mulai mengurus perpindahan mutasi motornya dari daerah asal ke kota besar tujuan.

Setelah menyita waktu sekitar satu bulan mengurus sendiri berbagai dokumen yang diperlukan untuk mutasi motornya, bang Dul-pun memperoleh setumpuk dokumen yang diperlukan sebagai persyaratan wajib dan nantinya diserahkan di kantor yang berwenang di kota tujuan. Untuk itu bang dul mengeluarkan biaya sekitar satu juta setengah, udah termasuk biaya pajak dll. Tentu saja bang Dul kaget dengan biaya mutasi sebesar itu namun dia berupaya menekan galaunya. Untuk kedua kalinya bang Dul berupaya meminta bantuan kepada kerabatnya untuk menalanginya terlebih dahulu.  

Seminggu kemudian, bang Dul telah sampai di kota tujuan dan segera mengurus mutasi motornya dengan harapan agar cepat tuntas dan tentu saja patuh aturan dan bisa ngojek secepatnya.

Namun bang Dul kembali dibuat terperanjat, karena ternyata masih ada biaya mutasi motornya di kota perantauannya ini termasuk harus membayar lagi biaya pajak motornya dan tak tanggung-tanggung, setelah ditotal biaya keseluruhannya mencapai satu juta rupiah lebih.

Sontak pikiran bang Dul kalut dan berbagai hal berkecamuk campur aduk di otaknya, kemana lagi harus mendapatkan uang sementara dia belum bisa ngojek, motorpun masih dalam pengiriman dengan menumpang jasa baik truk tetangga tadi siang ...   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun