Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lolong Serigala

7 Maret 2015   08:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Serigala tua kota itu melolong panjang

Moncongnya yang hitam menebar aroma bangkai

Dikibaskannya ekor berkurapnya pada angin

Sementara belang lidahnya tak kenal henti menjulur

(2)

Sejenak tatapnya nanar membentur mangsa

Bongkahan amarah kini mengepungnya

Menyergap paksa sepasang taringnya yang menua

Sekejap membayang kala dulu buas menerjang

(3)

Serigala tua kota itu kembali unjuk lolong terhunus

Ia terusik kobar sembur lidah api naga nirwana

Dia makfum sinyal tajam belit sengkala siap melumat

Gusar melingkupnya dari delapan penjuru angin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun