Mohon tunggu...
Frengky Keban
Frengky Keban Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Penulis Jalanan.... Putra Solor-NTT Tinggal Di Sumba Facebook : Frengky Keban IG. :keban_engky

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan di Balik Pakaian Adat TTS yang Dikenakan Jokowi

21 Agustus 2020   07:59 Diperbarui: 21 Agustus 2020   08:01 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peringatan HUT Kemerdekaan RI yang 75 pada tanggal 17 Agustus 2020 memang sudah selesai. Namun ceritanya masih terus ada hingga kini. Salah satunya adalah cerita Presiden RI, Ir. Joko Widodo yang mengenakan Pakaian Adat Timor Tengah Selatan (TTS) dalam pengibaran bendera memperingati hari kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia, di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Hampir semua media massa baik nasional maupun media lokal NTT menjadikan moment ini sebagai headline di medianya masing-masing. Tidak hanya di media massa, di laman media sosial pun demikian. 

Ada ratusan komentar bahkan ribuan komentar yang tersaji lengkap di laman Facebook dan Ig. Rata-rata memberikan pujian atas sikap pemimpin asal Solo itu. Iya, Ada perasaan kaget bahkan tidak percaya dengan kejadian yang boleh jadi hanya terjadi seumur hidup masyarakat Indonesia termasuk masyarakat NTT sendiri yang selama ini memang selalu luput dari perhatian publik itu. 

Bagaimana tidak, sebelum mengenakan pakaian khas TTS itu, Presiden Joko Widodo sudah terlebih dahulu mengenakan pakaian adat Sabu Raijua di acara Pidato Tahunan MPR RI Tahun 2020 di Kompleks Parlemen Senayan, Jumat (14/8/2020)lalu. 

Bagaimana mungkin seorang Presiden yang memimpin negeri dengan jumlah penduduk 238.518.000 jiwa (data BPS 2015) dan mungkin akan meningkat 271.066.000 jiwa pada tahun 2020 ini bisa mengenakan pakaian yang berasal dari satu Provinsi dalam rentang waktu 3 hari? Apa pesan yang mau disampaikan  Presiden Jokowi saat mengenakan pakaian adat dari NTT itu?

Kain Motif Kaif Berantai Nunkolo

Sebelum melangkah lebih jauh soal pesan sang Presiden, alangkah lebih baik kita mencoba mengulas sedikit soal pakaian yang dikenakan oleh beliau saat peringatan HUT RI 75. Presiden Joko Widodo diketahui mengenakan Kain motif Kaif berantai Nunkolo Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Nunkolo sendiri dari literatur yang ditelusuri penulis hanya kecamatan kecil di TTS. Tidak ada data lebih lanjut soal jumlah penduduk dan lain sebagainya . Berita soal kecamatan ini pun jarang penulis temukan. Tidak ada rekam jejak digital yang ditinggalkan, selain pemberitaan soal pakaian adat yang dipakai Presiden. 

Walaupun sepi data namun hal itu tidak mengubah image kecamatan Nunkolo sebagai daerah yang memiliki motif kain adat yang indah sehingga membuat seorang Presiden akhirnya memilih pakaian itu sebagai pakaian kebesarannnya dalam merayakan HUT RI. 

Motif kain Nunkolo yang dikenakan Presiden sendiri memang  sudah dimodifikasi dari bentuk belah ketupat (motif geometris) dengan batang tengah  yang berarti sumber air dan bagian pinggir bergerigi melambangkan wilayah yg berbukit dan berkelok-kelol.  

Warna merah melambangkan keberanian laki-laki Nunkolo. Aksesoris selain menambah indah tenun ada makna kegunaan praktis . Dester (ikat kepala) atau Pilu ada 3 jenis Yi U Raja berbentuk 2 tanduk kecil yang artinya fungsi Raja yang melindungi sekaligus bisa melakukan penyerangan. Ikat dikepala sebagai penutup kepala sebagai pelindung yang menjadi tanda kebesaran Raja sebagai Mahkota. 

Biasa dipakai Raja, Ama D Meo ini sebagai prajurit yang menang perang.  Tas sirih pinang dan kapur Budaya makan sirih pinang sebagai budaya pemersatu/persatuan dan juga melambangkan tanda kasih dan hormat, maka kemanapun selalu membawa tas sirih pinang.

Pesan Kebangsaan Paling Dominan.

Pakaian adat Nunkolo yang dikenakan Presiden di moment paling menggembirakan itu memang tidak serta merta dimaknai karena presiden Jokowi menyukai kain adat itu semata tapi lebih dari pada ada pesan terselubung dari presiden buat masyarakat Indonesia yang tidak tersampaikan dengan kata dan kalimat (komunikasi non verbal). 

Komunikasi non verbal sendiri prinsipnya merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan tanpa kata hanya isyarat, gerakan, penampilan, nada suara, dan jarak. 

Tujuannya dari komunikasi non verbal ini sendiri selain memberikan pesan yang tidak bisa tersampaikan dengan kata dan kalimat juga memperkuat pesan verbal yang ada. 

Namun kelemahan dari pesan ini adalah multitafsir atas pesan yang disampaikan apalagi pesan ini disampaikan kepada komunikan yang berbeda budaya. 

Namun hal itu tidak akan mengurangi esensi pokok dari pesan yang ingin penulis jabarkan pada bagian ini dimana secara jelas terlihat pakaian kebesaran masyarakat Nunkolo yang dikenakan Presiden mau menunjukkan bahwa sebagai pemimpin dirinya adalah pemimpin atau raja di komunitas besar bernama Indonesia. 

Dirinyalah Bapa dari anak-anak Indonesia yang punya wewenang mengatur jalannya roda pemerintahan dalam rumah bangsa Indonesia. Tidak ada orang lain selain dirinya yang memiliki kewenangan semacam itu. Bahwa di tengah banyaknya upaya disintegrasi terhadap bangsa, dirinya masih mampu menjaga eksistensi bangsa ini sebagai bangsa yang disegani dunia, terlebih di tengah pandemi covid 19.

Selain itu menunjukkan kebesarannya sebagai pemimpin, pakaian kebesaran nunkolo yang dikenakan presiden Jokowi juga mempertegas keyakinan bahwa Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara nyatanya memang plural.

Kepluralannnya itu ditunjukkan bukan semata bahasa atau budaya yang beragam tapi juga pakaian adatnya dengan salah satunya kain adat Nunkolo. Kain adat nunkolo di moment HUT RI adalah cermin dari keanekragamaan Bangsa ini. 

Dia adalah salah satu alat pemersatu anak bangsa untuk terus merawat kemerdekaan yang sudah diperjuangkan leluhur bangsa ini. Dan pesan kebangsaan itulah yang sebenarnya mau ditunjukkan dan ditonjolkan oleh Presiden.

Lalu bagaimana kita orang NTT memaknai pakaian Nunkolo itu? Semua tergantung pada interpretasi kita akan simbol ataupun pesan yang disampaikan. 

Penulis sendiri punya interpetasi akan pesan yang ada itu dengan menjadikan pakaian Nunkolo sebagai spirit baru bagi masyarakat NTT untuk melihat TTS bukan sebagai daerah termiskin di NTT tapi melihat TTS sebagai bagian dari NTT yang patut diperhatikan. 

Pemberian perhatian yang lebih akan memberikan semangat untuk berubah dan menyerupai raja seturut pakaian nunkolo. Sudah saatnya TTS merdeka dari kemerdekaan di hari Jokowi mengenakan pakaian tersebut. 

Tugas kita adalah mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menyelesaikan yang belum selesai dan berharap di titik tertentu kemiskinan itu bisa dipangkas dengan angka yang lebih rendah lagi.

Salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun