Mohon tunggu...
Frengky Keban
Frengky Keban Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Penulis Jalanan.... Putra Solor-NTT Tinggal Di Sumba Facebook : Frengky Keban IG. :keban_engky

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ustaz Somad di Persimpangan Jalan

19 Agustus 2019   16:57 Diperbarui: 19 Agustus 2019   17:00 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: qwerty.co.id

Belakangan kita digemparkan dengan video Ustad Somad, pemuka agama Islam populer di RI yang katanya menyudutkan para penganut agama Kristen. Walaupun sempat membantah dengan menyebut video tersebut diambil beberapa tahun lalu saat acara ceramah di sebuah mesjid namun masyarakat penganut Agama Kristen sudah kudu 'panas' dan mengutuk keras pernyataan Ustad Somad yang menyamakan Yesus sebagai 'Jin'. Iya Ustad Somad kini berada di persimpangan jalan menjawab semua tuduhan tersebut sendirian di tengah Negara sedang berupaya memperbaiki Toleransi yang sempat renggang akibat moment Pilkada dan Pilpres. Kasus Ahok beberapa waktu silam dijadikan alibi untuk menyerumuskan UAS ke penjara dengan alibi penistaan agama.

Hemat saya, kasus ini harus dilihat secara komprensif dan bukan parsial dengan mendudukkan kasus ini pada porsinya tanpa menghilangkan substansi hukum di Indonesia. Sebagai salah satu orang kristen saya tidak bisa mengutuk perkataan UAS sama seperti orang lain apalagi mencaci makinya di media sosial. Sakit hati iya tapi saya menyadari bahwa hidup di dunia seperti Indonesia kita diajarkan untuk bisa menjadi orang yang bisa menunjukkan belas kasih sama seperti Yesus, tokoh sentral umat kristiani. Bahkan seorang Gusdurpun mengakui hal itu. Setidaknya Gusdur mengajarkan selama kita berbuat baik orang tidak akan pernah menanyakan agama kita apa.

Sebuah penyataan sederhana namun punya makna sangat mendalam. Tidak perlu mengutuk, saat iman kita direndahkan malah kita bersyukur ada orang yang memperhatikan keberadaan iman kita. Sederhananya semakin kita direndahkan semakin kita ditinggikan di mata Tuhan. Iya kita sebagai seorang kristiani tidak perlu berlebihan menanggapi persoalan semacam ini bukan berarti saya menyuruh untuk diam. Diskursus semacam ini perlu diangkat ke ranah publik bukan untuk memberikan klarifikasi ataupun memberikan pembelaan karena Tuhan kita tidak perlu dibela.

Kita harus hadir sebagai orang kristiani yang meneduhkan suasana bukan semakin memperkeruh suasana seperti ini. Sekali lagi kita harus bisa seperti Yesus yang bisa mengampuni orang yang bersalah. Tidak ada di dunia ini yang bersih tanpa noda dosa sekalipun dia pemuka agama. Kita mestinya mendoakannya untuk menyadarkan dirinya untuk tidak lagi menyudutkan agama lain karena esensi agama adalah kepercayaan. Kepercayaan itu soal hati. Dan hati tidak bisa menipu...salam waras.

Dari orang yang tidak mau adanya perpecahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun