Mohon tunggu...
Frengky Keban
Frengky Keban Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Penulis Jalanan.... Putra Solor-NTT Tinggal Di Sumba Facebook : Frengky Keban IG. :keban_engky

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menilik Debat Publik Calon Pemimpin di Sumba Barat Daya

27 Maret 2018   22:16 Diperbarui: 27 Maret 2018   22:34 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketidakpuasan akan debat ini pun tampak juga dari isi materi debat itu sendiri yang menurut pandangan penulis tidak dikemas secara rapi. Betapa tidak materi-materi juga pertanyaan yang ada seolah masih tumpang tindih satu dengan yang lainnya bahkan tidak dibagi dalam sesi-sesi yang ada sehingga membuat debat ini seolah dibiarkan mengalir apa adanya dan belum focus pada bidangnya. 

Hematnya debat ini akan menarik jika kemudian pokok bahasan dalam sesi debat itu dibagi dalam bidang-bidang seperti ekonomi, budaya, politik, dan lainnya sebagainya disesuaikan dengan visi, misi dan program para calon itu sendiri. Hal ini penting supaya tidak membingungkan public yang menyaksikan debat yang ada. Fokus juga membuat public lebih paham, dan mengerti dengan esensi apa yang dibuat pemimpinnya lima tahun mendatang sekaligus membantu public mengetahui implementasi dari program yang dicanangkan pemimpinnya. 

Sudah seharusnya debat yang diadakan ini tidak kemudian dianggap formalitas semata tetapi memiliki efek selain dari sisi kognitif, dan konasi juga dari sisi psikomotorik itu sendiri guna membantu masyarakat memiliki referensi dalam memilih pemimpinnya 5 tahun mendatang.

Audince Tidak Tepat Sasaran

Berkaca dari pelaksanaan debat calon putaran pertama ini, harus diakui bahwa kemungkinan paling buruk dari efek debat ini adalah tidak mengenanya tujuan debat ini sendiri. Hal ini cukup beralasan dan bukan buatan penulis sendiri pasalnya para penonton debat yang ada yang menjadi audience dalam debat ini rata-rata adalah pendukung para calon yang ada. 

Terbukti dari 100 persen yang ada dalam ruangan hampir 95 persennya mengenakan atribut paket calon. Padahal debat semacam ini harus menyasar pemilih yang belum menetukan sikap dan pilihan seperti para pemilih pemula ataupun kelompok masyarakat abu-abu  supaya membantu mereka dalam memilih pemimpinya dan bukan menyasar pada public yang sudah kita ketahui arah dukungannya. Sehingga esensi debat sebagai salah satu bentuk kampanye itu bisa tercapai.

Dan tulisan ini adalah sebagian kecil dari banyaknya masukan bagi penyelenggara pemilu khususnya KPUD SBD untuk dibenahi dalam pelaksaan debat putaran kedua nantinya sehingga tidak kemudian debat yang menjadi sebuah wahana menemukan pemimpin yang kredibel dan terpercaya bagi masyarakat ini kemudian tidak dianggap sebagai sebuah kegiatan yang formal semata.

Salam....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun